Langit Fajar Ujung Senja

Susanti
Chapter #6

Bagian 6

Suaraku bergetar saat bergumam. Tak kusangka kata-kata itu terlontar dari mulutku di situasi ini.

Perlahan aku menatap Ayah yang menggelengkan kepalanya padaku dengan tatapan sayu.

"Jelaskan semua ini!"

Mulutku separuh terkatup. Suara parau yang keluar terasa bergetar dari bibirku. Mataku terasa pedih ketika kemarahanku memuncak.

Pipiku terasa panas secara perlahan. Jantungku berdegup dengan sangat cepat. Tidak pernah aku rasakan hal seperti ini sebelumnya.Terlebih, terhadap Ayah.

"Katakan padaku, Ayah! Katakan!!!"

"Senja ... itu tidak seperti yang kau pikirkan."

"Aku tidak mengerti, Ayah. Kau sangat menentang pemberontakan itu!"

"Tentu saja. Aku masih ayahmu yang dulu. Tidak ada yang berubah."

"Tidak .... Tony membuktikan semuanya. Kau adalah bagian dari pemberontakan itu!"

Mataku mulai berkaca-kaca. Namun, Ayah tidak bergeming.

"Itu tidak mungkin. Katakan itu tidak benar, Ayah!"

Jonathan mendekat pada Ayah dan meraih kedua lengannya. Kepalanya menggeleng dengan mata yang mulai memerah. Namun, Ayah tetap membisu.

"Pemimpin yang hebat tidak menyembunyikan kebenaran, Ivanka."

Ucapan Tony membuat hatiku runtuh. Air mataku berderai dengan sendirinya. Jonathan bersimpuh dengan lututnya sembari mengepalkan tinjunya ke tanah.

Aku yakin Jonathan berusaha keras menyembunyikan kekecewaannya. Perasaan kami tidak jauh berbeda menghadapi kenyataan ini.

"Baiklah. Sudah cukup. Bawa mereka secara terpisah."

Baik Ibu, Jonathan, dan aku sudah tidak mampu berkata-kata. Kami hanya pasrah ketika beberapa Trops menyeret kami.

"Tunggu! Oh, tidaak! Tunggu, Tony! Lepaskan mereka. Kau hanya membutuhkanku!"

"Tentu saja aku membutuhkanmu, Ivanka. Sama halnya dengan mereka."

"Setidaknya ... biarkan kami bersama, Tony."

"Kau ingin aku membiarkanmu menyusun propaganda bersama keluargamu? Jangan bermimpi!"

"Tony, aku mohon ...."

"Bawa mereka!"

"Baik, Pak!"

Pandanganku tertunduk lesu. Entah takdir apa yang menungguku dan keluargaku di depan sana.

Harapan akan penyelamatan hidupku dari ruang bawah tanah sirna sudah. Terlebih, setelah menyadari fakta mengerikan tentang Ayah.

Jika Tony benar, artinya Ayah adalah pemimpin pemberontakan 25 tahun silam. Oh ... tidaak .... Jadi selama ini aku hidup dengan keluarga pemberontak?

Lucu sekali. Mengapa aku harus marah? Aku bahkan terlahir dari keluarga pemberontak.

Trops yang sebelumnya dipanggil Tony muda oleh para pengungsi meraih lenganku. Dia bahkan mencengkeram lenganku.

Genggaman Tony muda itu sangat erat sehingga membuatku merintih kesakitan.

"Aarghh ... tidak bisakah kau lebih lembut pada wanita?"

"Diam dan terus berjalan. Kau sangat lambat."

Tony muda itu berkata lebih ketus dari dugaanku. Meskipun aku menggerutu, itu tidak mengubah apapun.

Pandanganku tertuju ke depan setelah dia mengatakan aku lamban. Benar saja. Ibu dan Jonathan tampak lebih jauh dari tempatku.

Aku kembali menundukkan pandanganku. Berusaha berjalan lebih cepat justru membuat napasku terengah-engah.

Aku menghentikan langkahku sejenak. Anehnya, Tony muda dan beberapa Trops di belakangku tidak menghentikanku.

Aku heran akan kenyataan itu tetapi sedikit senang menyadarinya. Setidaknya aku dapat beristirahat.

Perasaanku masih gontai saat melanjutkan perjalanan kami mengikuti para Trops. Tony muda itu kembali meraih lenganku ketika aku hampir tersungkur.

Tato bintang di sekeliling pergelangan tangannya mengingatkanku pada Tony.

"Hey ... kalian semua memiliki tato yang sama?"

"Bukan urusanmu. Cepat jalan lagi!"

"Tidak bisakah kau sedikit lebih ramah? Toh sebentar lagi aku akan mati."

Langkahnya terhenti. Tangannya mencengkeram lenganku lebih erat. Tatapan bola mata berwarna hijau kecoklatan miliknya lebih tajam dari sebelumnya.

"Berhenti menatapku. Aku jadi penasaran dengan wajahmu."

Sungguh konyol! Sadarlah Senja ... ini bukan waktunya bermain mata dengan seorang Trops. Apalagi Trops ini dipanggil Tony muda.

Lihat selengkapnya