Langit Jiwa Penyaksi

Dian Anggra
Chapter #2

Aku dan Peneman Sendu

Addduuhhhhh!! Mati deh. Hari ini kan jadwal kuliah pagi. Kenapa bisa telat kau laraaaasssss!! Habislah riwayatku kalau sampai di alfa kan Pak Husen, ucapku dalam hati. Dengan setelan casual layaknya perempuan jaman sekarang, atasan putih,rok plisket berkalungkan kain hijab moca yang menjadi favoritku. Aku dibuat tergesa – gesa karena Pak Husen, tumpukan buku paket yang ku peluk di tangan sebelah kiri, dan tas laptop yang ku genggam di tangan sebelah kanan, mereka seakan berkata “jangan lepaskan aku”,ah biarlah! aku masih saja bersikeras bersiap secepat mungkin lalu pamit pada Ibu.

Buu, Laras telat bangun. Laras berangkat ya bu. Assalamualaikum, ucapku lalu berlari ke arah luar rumah.

“Sarapan dulu Naaak, Ibu sudah siapkan Nasi Goreng kesukaanmu, teriak Ibu”

Nanti sepulang ngampus Laras makan deh Bu , nanti Laras hangatkan lagi. Dadah Ibu, tegasku sembari aku terus bergegas lari karena takut tertinggal angkot.

Aku Laras, mahasiswi jurusan Biologi semester 6 di Universitas Pendidikan Indonesia daerah Setiabudi Bandung. Aktifitasku saat ini menjadi mahasiswi dengan segudang tugas negara yang mengalahkan pekerjaan rumahku sampai-sampai orang tuaku pun menggelengkan kepala karena tak sanggup melihat tugas anaknya yang begitu banyak. Tak heran jika Ayah dan Ibu sudah terbiasa melihatku tak pernah pulang cepat. “Maklumlaah calon peneliti sukses, jam terbangnya banyak hihi”, celetukku pada Ayah dan Ibu lalu diaminkan olehnya.

Aku putri pertama Ayah dan Ibu. Tapi aku bukan putri satu – satunya. Aku ditemani teman hidupku yang jaraknya denganku hanya terpaut 4 tahun. Dia Citra. Kadang aku selalu dibuat kesal olehnya karena mungkin Citra usianya dibawah usiaku dan pemahamnya tentang apapun masih jauh dibawahku. Tapi terkadang Citra bisa berubah lebih cepat jadi orang yang paling asyik jika diajak cerita. Apalagi soal cinta hihi. Dia juga kan sudah puber sekarang.

Kata Ayah, dari kecil aku amat sangat suka bernyanyi, apalagi menggambar. Sejak aku masih duduk di bangku TK, aku memang selalu ikut lomba menggambar, tapi dulu karena masih kecil yang diikutkan lebih sering lomba mewarnai. Dari mulai duduk di bangku SD barulah mulai menggambar yang sebenarnya. Ayah jago sekali menggambar. Kenapa aku bisa menggambar sampai saat ini ya karena Ayah. Ayah yang mengajariku. Meskipun aku belum bisa se jago Ayah. Hehehe. Tapi berawal dari aku masih duduk di bangku SMA, aku suka membaca Novel. Novel ber genre apapun aku suka, kecuali action. Apalagi yang berbau romance dan drama. Aku selalu di buat terbang dan dijatuhkan lagi olehnya. Hihi. Aku ingin jadi penulis.

Ayah dan Ibu ku Pegawai Negeri Swasta di salah satu SMP Negeri daerah Bandung. Ayah dan Ibu bekerja di satu tempat yang sama. Kalau di jaman sekarang banyak orang sering menyebutnya Cinta Lokasi. Iya kan? Hehe.. Nanti ku ceritakan lagi sekilas kisah Ayah dan Ibu.

***

Aku kembali berlari sesampainya di kampus menuju kelasku. “Gila! Capek sekali, ini sih bukan berasa dikejar jam kuliah, tapi berasa dikejar harimau”, gumamku. Pokoknya gak boleh telat. GAK BOLEH. Sampai di depan kelas, kubuka perlahan pintu dengan harapan tak ada sesuatu apapun yang akan terjadi jika aku benar – benar telat. Dan ternyata Pak Husen belum datang, ASTAGAAA!!! Huhu.. lalu untuk apa aku capek – capek lari sampai mengabaikan ajakan ibu untuk sarapan. Maafkan aku bu, gerutuku dengan perasaan kesal.

Risa dengan tatapan penuh keheranan berkata “Tumben lu ras, biasanya gak pernah setelat ini”

Hehe iya, tadi malam aku ga bisa tidur. Alhasil telat banyak deh.

Pak Husen tak bisa masuk karena Istri nya di rawat dirumah sakit. Aku telat membaca pesan whatsapp dari Pak Husen di grup kelas, karena dari awal bangun tidur, handphone ku sama sekali belum ku sentuh. Tapi tugasnya harus terkumpul hari ini juga. Nugas terooosss! Pusing.

Hari ini hanya ada 3 mata kuliah. Dan dua orang dosen tidak bisa masuk karena berbeda alasan. Tinggal menunggu jam terakhir setelah istirahat. Aku, Risa, Devan, Fani, Gilang dan Ayu biasa istirahat ke kantin bersama. Risa dan Ayu memang sudah berteman denganku sejak kami sekolah di bangku SMP, karena memang saat itu rumah kami berdekatan. Tapi ketika SMA kami tidak satu sekolah. Risa harus ikut orang tuanya ke Jakarta karena tugas Ayah nya dialihkan ke Jakarta, tapi saat ini Risa kembali ke Bandung karena rindu katanya. Ada – ada saja memang.  Sementara Ayu, sewaktu SMA Ayu tidak satu sekolah yang sama denganku. Sampai akhirnya kami dipertemukan kembali di satu Universitas yang sama, satu Fakultas yang sama dan satu jurusan yang sama. Mereka yang selalu ada untukku sampai saat ini. Baik buruknya aku pun mereka sudah tahu. Hihi namanya jodoh pasti gak akan kemana ya. Lalu Devan, Fani dan Gilang, mereka mengenalku berawal dari kegiatan OSPEK sampai saat ini.

Ras, kamu mau makan apa? Trus minumnya apa?, tanya Gilang

Lihat selengkapnya