Ibu melahirkanku tepat 17 tahun lalu di sebuah rumah sakit dengan perjuangan hidup dan mati. Sebelum aku lahir ke dunia, ibu divonis sakit ginjal. Sehari setelah aku lahir, ibu meninggal dunia. Pelangi Kala Senja adalah nama yang sudah dipersiapkan ibu untukku jauh hari sebelum melahirkanku.
Aku diurus oleh Budhe Mila (kakak dari ibuku) sejak bayi. Sementara Ayahku sangat terpukul atas kepergian Ibu. Ayah memilih pergi dari rumah, untuk melanjutkan kewajiban dinas nya di Luar Negeri, bersama kakak kandungku, karena Ayah tidak tega meninggalkan kakak kandungku disini. Saat itu kakak kandungku berusia 5 th. Ia bernama Langit Kala Senja. Ya, nama kami hampir sama, karena kami sama-sama lahir di waktu senja.
Budheku sering bercerita, kak Langit adalah anak yang penurut, cerdas, juga penyayang. Bahkan diusia kak langit yang baru 5 tahun, ia tidak sabar menanti kelahiran aku sebagai adiknya saat itu. Setiap malam ia mengelus perut ibu dan mengajak aku ngobrol. "Kak Langit itu kakak yang baik, nanti kalau suatu saat kalian bertemu, kamu akan merasa bersyukur dan beruntung memiliki kakak sepertinya." Ucap Budhe beberapa tahun lalu.
Ya, 17 tahun sudah aku berada di dunia, namun belum pernah sekalipun ku tatap wajah Ayah dan Kakakku. Menurut cerita Budhe, kami intens berkomunikasi hanya sampai usiaku genap 7 bulan. Kami kehilangan komunikasi semenjak usaha Budhe dan Pakde di Solo bangkrut. Pakde memiliki hutang bank sehingga rumah tempat kami tinggal disita oleh bank. Dan kami pindah ke Jogja, dengan usaha jahit batik kecil-kecilan budhe. Sementara Pakde usaha berjualan baju batik hasil jahitan budhe di emperan Malioboro. Aku merasa bahagia di tengah-tengah mereka. Aku sudah menganggap mereka sebagai orangtua kandungku.