Langit Kelima: Kunci Etheria

Muhammad Algis algifachri
Chapter #16

Bab 16 - Gerbang Elarion


Gelap.


Bukan hitam. Bukan kosong.


Gelap di Elarion adalah sesuatu yang hidup.


Ketika Kael membuka matanya, ia tidak melihat tanah, tidak melihat langit. Ia mengambang dalam ruang tanpa ujung, dan satu-satunya yang terlihat… adalah dirinya sendiri. Ribuan versi dirinya. Ada yang tersenyum, ada yang menjerit. Ada yang diam, menatapnya dalam, seakan menghakimi.


“Kael,” sebuah suara berbisik, tapi bukan dari luar. Itu dari dalam.


“Apa yang kau bawa bersamamu?”


Kael memandang telapak tangannya. Kristal hitam putih itu telah menyatu dengan kulitnya. Berdenyut seirama dengan jantungnya.


Lalu cahaya pecah dari depan. Retakan seperti kaca terbuka di udara. Dari dalamnya, muncul Lyra dan Zarek—jatuh bersamaan, seperti ditarik dari mimpi buruk yang sama.


Lyra terbatuk. “Apa… ini?”


Zarek berguling dan menatap sekeliling. “Aku tidak bisa rasakan tanah… atau udara.”


Kael menatap mereka. “Kita ada di dalam... sesuatu.”


Kemudian ruang itu berubah. Tanpa peringatan. Tanpa bunyi.


Tiba-tiba kami berdiri di tengah taman berbunga hitam. Langit di atas kami berwarna ungu tua, bergelombang seperti lautan. Di kejauhan, menara menjulang tinggi—terbuat dari cermin berlapis. Tapi cermin itu tak memantulkan kami… melainkan masa lalu kami.


Kael melihat dirinya kecil, duduk sendirian, menangis di ruang kosong. Lyra melihat ibunya tertidur selamanya. Zarek melihat dirinya berdiri di makam, tapi tak ada nama di batu nisannya.


Satu suara terdengar dari langit ungu:


> “Selamat datang di Elarion. Di sini, yang belum kau maafkan akan menyambutmu lebih dulu.”





---


Langkah kami berat. Bunga-bunga hitam di tanah meledak menjadi debu putih tiap kali terinjak. Udara di sini tak bisa dihirup sepenuhnya—seakan sebagian dari Elarion hanya bisa dimengerti oleh pikiran, bukan tubuh.


Menara itu semakin dekat. Dan di depannya, berdiri sosok.


Seorang wanita, mengenakan jubah perak. Rambutnya mengalir seperti kabut. Matanya tertutup kain.


“Kalian datang,” ucapnya.


“Siapa kau?” tanya Kael.


“Aku adalah Penjaga yang Terakhir. Bukan dari klan manapun. Bukan dari dunia kalian. Aku… lahir dari keputusan pertama saat Etheria dipisah.”


Zarek mendekat. “Kami ingin menyegel Langit Kelima. Kami tahu ini bisa menghancurkan dunia jika dibuka sembarangan.”


Penjaga itu mengangguk. “Kalian benar. Tapi kalian juga terlambat.”


Cahaya berkedip di atas menara. Retakan langit terbuka lebih lebar. Dari sana, mulai turun bentuk-bentuk aneh—bayangan dan cahaya, menyatu menjadi makhluk yang belum bernama. Mereka bukan hidup. Tapi penuh keinginan.


Lyra bergidik. “Apa itu… makhluk Langit Kelima?”


Lihat selengkapnya