Jam dinding menunjuk angka yang tak penting.
Tak ada waktu di rumah yang kehabisan kehangatan.
Aku masih duduk,
memandangi Jelita yang tidur seperti boneka hidup—
begitu tenang, begitu rapuh,
seolah sedikit suara bisa membuatnya pecah.
Tanganku menggenggam jari mungilnya.
Hangat.
Masih hidup.