Bel pulang sekolah telah berbunyi nyaring, surga bagi murid-murid SMA Merpati karena mereka akhirnya bisa terlepas dari pelajaran-pelajaran berat mereka.
"Senja Lo dijemput?" Tanya Adeera kepada Senja yang masih sibuk membereskan bukunya.
"Enggak gue nebeng sama Raga." Jawab Senja.
"Oh ya udah gue duluan ya."
"Oke."
"Gue juga duluan ya." Timpal Amel.
"Sama Juan?" Tanya Senja.
"Iya, da Senja." Ucap Amel lalu pergi meninggalkan Senja.
Di sela-sela kesibukannya membereskan buku, tiba-tiba ponsel Senja yang berada di dalam tas sekolahnya bergetar. Tertera nama Raga yang menelponnya.
"Halo." Sapa Senja.
"Eh gue nggak bisa nganter Lo pulang mau pergi dulu sama Ganen." Ucap Raga di seberang telepon.
"Ih kok gitu sih terus gue pulang naik apa?!"
"Lo bawa aja motor gue sini ke kelas gue ambil kuncinya."
"Harus banget gitu gue ke kelas Lo? Kenapa nggak Lo aja yang ke sini sih?!"
"Udah cepetan Lo mau pulang kaga sebelum gue berubah pikiran."
"Iya-iya gue ke situ!"
Senja menutup panggilan telepon itu secara sepihak. Sebenarnya ia malas ke kelas Raga. Bukan malas jalan ke sana tetapi ia malas bertemu dengan sahabat anak itu. Siapa lagi kalau bukan Langit Aldeino Aditama.
Senja melangkah dengan malas ke kelas Raga. Sesampainya di sana ia melihat sepupunya itu sedang duduk di atas meja pojok kelas dan posisinya membelakangi Senja.
"Woy Kutu!" Panggil Senja dari depan pintu kelas 12-IPA4.
"Sini Lo!" Seru Raga.
Senja celingak-celinguk sebentar, ia memastikan jika di kelas itu tidak ada Langit. Ia lalu melangkah mendekati tempat Raga dan Ganendra berada.
"Mana?!" Tanya Senja ngegas.
"Ya santuy dong nggak usah ngegas gitu, bentar gue cari dulu." Jawab Raga sambil merogoh saku celana abu-abunya.
"Buruan lama banget sih Lo." Ucap Senja tak sabar.
"Elah sabar, kok nggak ada gue cari dulu." Ucap Raga.