Dorrr... Dorrr...
"SENJA INI UDAH JAM 9 LO NGGAK BANGUN-BANGUN!!"
Suara pintu kamarnya yang digedor dan teriakan seseorang membuat Senja yang masih berada di alam mimpi membuka matanya dengan rasa kaget.
"APAAN SIH BANG?! GUE TUH LAGI DATING SAMA JAEHYUN MALAH LO BANGUNIN!" Kesal Senja karena Abangnya merusak mimpi indahnya.
"BANGUN LO UDAH JAM 9!"
"IYA-IYA INI UDAH BANGUN."
"Beneran Lo?"
"IYAAA BANGGG!!!"
Senja mengerang kesal setelah dirasa Abangnya sudah menjauh dari kamarnya. Ia lalu merebahkan tubuhnya kembali, hendak kembali tidur berharap mimpinya dating bersama Jaehyun bisa dilanjutkan. Toh Mama dan Papanya juga tidak ada dirumah.
Drttt.... Drttt...
Baru saja Senja memejamkan mata, ponselnya yang berada di atas nakas kayu bergetar dan menimbulkan suara yang cukup keras.
"Aduhh!! Siapa sih pagi-pagi nelpon, kasian Jaehyun udah nungguin gue!" Ucap Senja kesal.
Mau tak mau Senja bangkit, duduk di tepi ranjangnya dan meraih benda pipih itu.
+6285xxxxxxxxx is calling...
Kening Senja mengernyit dalam, nomor tidak dikenal. Karena mungkin saja penting, Senja menekan tombol hijau pada layar ponselnya, lalu menempelkan benda pipih itu di telinga kanannya.
"Hal--" Sapaan Senja terpotong.
"Ke rumah gue sekarang!" Perintah orang di seberang telepon.
Ucapan atau yang lebih bisa disebut perintah dari orang di seberang telepon itu membuat Senja seketika terkejut sampai ia membulatkan matanya. Senja tak tahu siapa orang itu dan tiba-tiba menyuruh untuk ke rumahnya. Tapi, dari suaranya sepertinya Senja kenal.
"K-Kak Langit?" Tanya Senja ragu-ragu.
"Iye. Buruan ke rumah gue!"
Mengetahui jika tebakannya benar, Senja lalu membulatkan matanya (lagi). Yang jadi pertanyaan Senja sekarang, darimana Langit tahu nomor ponsel Senja? Untuk apa Langit menyuruh Senja datang ke rumahnya?
"Senjanya masih tidur, ini yang jawab Mamanya." Bohong Senja, mencoba menirukan suara Mamanya.
"Oh, Mamanya, terus tadi kok Tante tahu nama saya dan manggil saya 'Kak'?!"
Gadis dengan rambut acak-acakan khas orang bangun tidur itu memejamkan matanya erat. Dia tadi sudah memanggil Langit, jadi tidak ada gunanya lagi ia berbohong. Sekarang mau tak mau ia harus menjalankan hukumannya.
"Gue nggak tau rumah Lo!" Ketus Senja.
"Gue udah ngirim ojol buat jemput Lo, mungkin sekarang udah ada di depan rumah Lo. Entar gue yang anter Lo pulang."
Ini masih pagi dan Senja sudah dibuat melotot sebanyak tiga kali oleh orang yang sama. Ia sendiri tak habis pikir dengan orang yang sedang mengobrol dengannya di telepon itu.
Dan Ojol?
Sudah ada di depan rumahnya?
Ia saja baru bangun!
Guna memastikan ucapan Langit, Senja lalu berlari menuju jendela kamarnya, membuka gorden yang menutupi jendela, dan benar saja, seorang laki-laki lebih tepatnya bapak-bapak, dengan jaket dan helm hijau khas Gojek sedang duduk di atas motor di depan gerbang rumahnya.
Sambungan telepon dengan Langit diputuskan sepihak oleh Senja. Ia lalu berlari menuju kamar mandi untuk melakukan ritualnya dan bersiap secepat yang ia bisa.
Dua puluh menit berlalu, Senja sudah siap dengan celana jeans panjang hitam dan kaos hijau gelap polos yang dilapisi dengan jaket jeans biru terang serta sepatu kets putih yang terpasang sempurna di kakinya. Ia lantas menyambar tasnya dan mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas lalu menuruni tangga dengan setengah berlari.
Persetan dengan kamarnya yang masih berantakan.
"BANG GUE PERGI!' Pamit Senja saat melewati Abangnya yang sedang menonton TV di ruang tamu.
"Mau kemana Lo?!" Seru Rolan.
"ADA URUSAN!" Teriak Senja dari pintu rumahnya.
Senja berlarian menghampiri tukang ojek yang sudah menunggunya dengan perasaan tidak enak.
"Em. Pak maaf ya lama." Ucap Senja, menerima helm dari tukang ojek tadi.
"Iya mbak, nggak papa." Ucap tukang ojek itu, terdengar tulus.
~|•|~