Langit yang Mencintai Laut

Nona Bulan
Chapter #7

LYML (6) Sebelum Segalanya Hilang

Naeria berenang pergi, bukan melarikan diri. Tapi hanya butuh ruang. Gadis itu meninggalkan Auren yang masih termenung tanpa sempat mengatakan sepatah kata pun.

Gerakan kakinya berhenti di dasar laut yang sepi. Lantas Naeria menutup mata. Insang dibalik telinganya mendadak tertutup, gelembung-gelembung kecil tak lagi muncul. Dia menahan napas sejenak, merasakan sesak yang entah sejak kapan semakin menumpuk di sana.

Dan dimulai ketika matanya tertutup, suara halus mengalun di benaknya. Bukan suara luar, tapi seperti gema dari dalam dirinya:

“Kau pernah membiarkannya pergi. Dan hatimu runtuh karenanya. Kau pernah menahannya, tapi dunia runtuh karenanya.”

Naeria membuka mata dengan cepat. Dadanya berdebar. Kulitnya terasa memiliki tegangan listrik, merinding sekali! Dan yang lebih penting, suara itu bukan suara miliknya.

Entah apa maksud dari perkataan itu, yang jelas Naeria semakin merasa ada sesuatu yang aneh belakangan ini. Semenjak kedatangan Auren.

Karena merasa ada yang aneh, Naeria memilih pergi. Berenang jauh dan duduk di bawah pohon karang tua, ujung jarinya menggulung-gulung rumput laut di pangkuannya.

Cahaya dari kristal di atas kepala berpendar lembut, membuat wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya. Sementara pikirannya entah mengembara ke mana.

Tak lama, suara arus berat tapi akrab terdengar di belakangnya. Itu Sorin yang sedang berenang mendekatinya.

Pelayan tua itu tidak langsung duduk. Ia hanya memandangi putri yang tumbuh di bawah asuhannya, anak yang dulu suka berlari di ladang ganggang dan bersembunyi di gua kecil dekat tempat ibunya dulu menyendiri.

“Aku tahu wajah itu,” kata Sorin akhirnya sambil mendaratkan bokong di sisi gadis itu.

Naeria tidak menjawab, hanya melenguh berat.

Sorin menggeser bokongnya, lebih dekat dengan Naeria, helaan napas berat terdengar. “Wajah seseorang yang takut kehilangan, tapi tidak tahu apa yang sedang ia genggam.”

Naeria mengatupkan bibir. “Aku tidak takut kehilangan. Aku hanya…”

“Bingung?” Sorin menyambung.

Lihat selengkapnya