Langit yang Tak Pernah Sama

Diah kurniawati Ade Tenu Kurnia
Chapter #1

#1. Mereka Datang!

Mereka sudah datang!

Emma berdiri di ambang pintu dengan dada berdegup kencang. Perasaannya tak menentu. Semuanya campur aduk jadi satu. Bahkan mungkin dia sendiri pun tak mengerti, untuk apa dia berdiri di sini. Untuk melihat kebahagiaan mereka? Untuk melihat wajah-wajah penuh senyum melukiskan betapa hidup mereka baik-baik saja? Untuk menikmati luka yang terpampang jelas di depan mata? Atau untuk meyakinkan mereka bahwa dia masih gadis yang sama? Tegar, mandiri dan dia sanggup melakukan apa pun. Tanpa siapa pun! Tak perlu ada kecemasan tentangnya. Tak akan terjadi apa pun terhadapnya. Ironis, kan? Nggak pernah ada yang bertanya, bagaimana harimu? Kau baik-baik, kan? Dia selalu memeluk semua rasa sendirian. 

Setiap orang melihatnya seperti melihat tembok menjulang tinggi. Sangat kokoh dan terkesan angkuh. Tak peduli berapa pun rasa sakit dan kecewa datang menghampirinya, siapa pun tahu, dia selalu bisa menanggungnya sendirian. Seperti dulu! Bahkan mungkin lebih awal lagi, sebelum cinta datang mengusiknya.

Emma tersenyum di sudut bibir.

Perasaan-perasaan seperti itu membuatnya nelangsa. Membuatnya sering merasa nggak tenang menikmati hidupnya. Ah, berapa banyak topeng sedang kau mainkan, Emma? Gumamnya di hati. Emma menggeleng tak mengerti. Menatap kosong pemandangan di depannya. Nggak cukupkah luka yang ada? Tak bisakah kau berhenti berpura-pura dan mengatakan pada mereka, semua perasaan yang selama ini kau biarkan teronggok dan menyepi di sudut hati? Kau biarkan sepi menemaninya. Membiarkannys meringkuk sendiran tanpa perlawanan? 

Emma menghela napas berat. Menelan ludah, pahit.

Tuhan, bohong kalau dia tak ingin seperti itu. Mengatakan kebenaran yang ada dan berhenti berpura-pura. Tapi bisakah? Sementara dia tahu, semuanya terlihat sia-sia. Tak ada ujung yang bisa ditujunya. Ada banyak pertimbangan yang mendasari setiap keputusan yang dibuatnya. Dan sekarang, saat dengungan di kepalanya memunculkan tanya, bisakah dia tanggalkan topeng ini? Adakah jawaban dari setiap ragu?

“Emmaaa....”

Dia tersenyum tipis. Ratih berlari memeluknya. Melepaskan perasaan rindu karena terlalu lama tidak bertemu. Emma membiarkan gadis itu, beberapa saat dalam pelukannya. Rona bahagia terpancar jelas di wajah Ratih. Binar di matanya membuatnya sesak. Cemburukah? Emma menggeleng berulang kali. Tidak boleh! Dia memejamkan mata. Mengusir rasa sakit yang sempat melintas di hatinya. Tapi cuma sekejap dibiarkannya! Saat membuka mata, sosok Richard berdiri di depannya dengan senyum. Dia membalasnya. Menguraikan pelukan Ratih. Susah payah berusaha menahan perih dan luka saat jari-jemarinya berada dalam genggaman cowok itu.

“Apa kabar, Princess?” 

“Seperti yang kau lihat.”

Richard menatap Emma dengan senyum.

“Aku senang kau baik-baik saja.”

Emma mengeluh. Melepaskan genggaman Richard. Dia masih seperti yang dulu. Ada yang mengguyur hatinya. Membuatnya merasa tenang dan terlindungi. Tapi dia tahu, apa pun perasaan yang sempat melintas, rasa itu tak boleh ada lagi. Dia berpaling. Senyum lembut Ratih seperti mengingatkannya bahwa dia harus tetap memakai topeng itu. Tak peduli tangisan yang terus berderai di baliknya. Topeng itu tetap memperlihatkan senyumnya. 

Lihat selengkapnya