Langit yang Tak Pernah Sama

Diah kurniawati Ade Tenu Kurnia
Chapter #3

Bab 3. Rasa yang Kembali

Ada banyak waktu dan kesempatan untuk bertanya. Tapi dia memilih diam. Membiarkan segalanya tak terjawab. Juga dengan semua kepenatan di kepalanya akibat sikap gadis itu.

Richard menghela napas panjang. Ratih pergi belanja sejak tadi pagi. Cuma secarik kertas berisi pesan ditinggalkan Ratih di atas meja. Dan seperti kebiasaannya, gadis itu tak cukup hanya untuk belanja saja. Akan ada lagi keperluan yang datang tiba-tiba. Dan itu pasti memerlukan waktu yang tidak sebentar. Tidak seperti... Emma!

Richard mengeluh. Terlalu banyak perbedaan dirasakannya. Di antara sekian banyak gadis yang dikenalnya, mengapa cuma Emma yang mampu membuatnya selalu kembali mengingat semua tujuan hidupnya.

Di dekatnya, banyak ide-ide segar mengalir dan tanpa diduga. Mengenalkannya dunia penuh warna. Dan itu... ya, Tuhan! Richard menutup wajahnya dengan kedua tangan. Mengapa baru disadarinya, setelah semuanya terlambat?

Setelah semua yang diinginkannya sesaat menjadi bumerang untuknya. 

Dia terdiam. Untuk beberapa saat tak tahu harus bagaimana. Pikirannya benar-benar sedang kacau. Berdiri di atas balkon dengan perasaan gundah. Perlahan dia tertegun. Memandang ke bawah. Di halaman penuh rumput, di sebelah kolam ikan, dilihatnya Emma tengah tertawa lepas bersama Shep. Memeluk kucing kesayangannya itu, lembut. Mengajaknya berlari.

Ups, Richard tersenyum geli. Shep melompat-lompat di samping Emma. Mereka bergulingan dan Emma mendekap tubuh Shep, sambil tangannya mengelus kepala kucing itu. 

Ah, Richard mengeluh. Emma sudah ceria, sudah... berubah! Dia memejamkan mata. Kenyataan itu begitu tiba-tiba diterimanya. Dia sangat senang, tapi mengapa sisi hatinya yang lain begitu menderita? Begitu tersiksa dan merana? Seperti tak menyukai apa pun yang dilihatnya sekarang.

Ah, tentu saja, ucapnya pahit. Emma berubah bukan karena dia. Dan itu adalah kenyataan yang sebenarnya! Kenyataan yang saat ini seperti menampar hatinya. 

Richard membuka matanya. Memperhatikan Emma seksama. Dia tersenyum. Dalam keadaan apa pun, kau selalu saja menarik, Princess. Dan itu... tak pernah berubah! 

Di saat seperti ini, ingin sekali dia mendekat. Turun ke bawah dan ikut bercengkrama. Pasti menyenangkan ada di antara gadis itu dan Shep.

Sudah lama dia tidak bermain dengan kucing kampung yang menggemaskan itu. Tubuhnya yang gempal dengan bulu berwarna perpaduan coklat dan putih. Matanya yang bulat sempurna dengan hidung pesek, yang selalu terlihat mengantuk.

Richard tersenyum mengenang. 

Keceriaan di bawah itu menyita perhatiannya. Tapi reaksi gadis itu kemarin membuatnya tak berani melangkah. Lebih memilih mengurungkan niatnya daripada membuat suasana di bawah sana berantakan dan tak menyenangkan.

Lihat selengkapnya