Memasuki tahun ajaran baru, Nadira merasakan energi dan semangat baru. Ia kini duduk di kelas dua SMA, di mana tantangan semakin berat, tetapi juga peluang untuk belajar semakin banyak. Setelah berhasil mendapatkan nilai yang lebih baik di matematika, kepercayaan dirinya meningkat, dan ia bertekad untuk terus berprestasi.
Di awal tahun ajaran, guru-guru memperkenalkan berbagai program dan lomba yang akan diadakan selama setahun. Salah satunya adalah kompetisi sains tahunan yang sangat bergengsi. Para pemenang tidak hanya mendapatkan hadiah uang tunai, tetapi juga kesempatan untuk mengikuti program penelitian di universitas-universitas ternama. Nadira merasa ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan kemampuannya dan mendekatkan dirinya pada impian belajar di luar negeri.
“Ini adalah kesempatan yang harus kita ambil!” Nadira berkata kepada Rina dan teman-teman sekelasnya saat mereka berkumpul membahas kompetisi tersebut. Rina mengangguk antusias. “Kita bisa membuat tim dan bekerja sama. Dengan begitu, kita bisa berbagi ide dan memperkuat proyek kita,” ujarnya.
Nadira, Rina, dan dua teman lainnya, Budi dan Dimas, sepakat untuk membentuk tim. Mereka mulai brainstorming untuk menemukan topik yang akan diteliti. Setelah beberapa pertemuan, mereka sepakat untuk mengeksplorasi dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia. Mereka merasa ini adalah isu penting yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan perlu perhatian lebih.
Minggu-minggu berikutnya, tim mereka bekerja keras. Mereka mengumpulkan data dari berbagai sumber, melakukan survei di lingkungan sekitar, dan bahkan berkunjung ke pusat kesehatan untuk mendapatkan wawasan lebih. Setiap pertemuan penuh dengan diskusi dan ide-ide cemerlang yang muncul. Nadira merasa sangat bersemangat saat melihat proyek mereka mulai terwujud.
Namun, saat mereka semakin mendalami penelitian, masalah baru muncul. Dimas, salah satu anggota tim, mengalami kesulitan dalam memahami beberapa data yang mereka kumpulkan. Ia terlihat frustrasi dan mulai kehilangan motivasi. “Aku rasa kita tidak akan bisa menyelesaikan ini tepat waktu. Semua data ini terlalu rumit,” keluh Dimas.
Nadira tidak ingin Dimas merasa putus asa. “Dimas, jangan khawatir. Kita bisa mencari bantuan dari guru atau mencari sumber lain yang bisa membantu kita memahami data ini. Kita sudah sejauh ini, jangan sampai kita menyerah,” ujarnya, berusaha memberikan semangat kepada teman-temannya.
Mereka pun memutuskan untuk meminta bantuan guru sains mereka. Dengan bantuan guru, Dimas dapat memahami data tersebut dengan lebih baik, dan tim kembali bersemangat untuk melanjutkan penelitian mereka. Mereka belajar bagaimana menganalisis data dan menyajikannya dengan cara yang menarik untuk presentasi.
Akhirnya, hari presentasi tiba. Nadira dan timnya berlatih keras untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Mereka mengenakan pakaian rapi dan merasa sedikit gugup tetapi juga siap menunjukkan hasil kerja keras mereka. Dalam presentasi, Nadira memimpin dan menjelaskan setiap langkah penelitian mereka dengan percaya diri.
Setelah presentasi, juri memberikan umpan balik positif. “Penelitian kalian sangat relevan dan mendalam. Saya terkesan dengan dedikasi kalian,” puji salah satu juri. Nadira merasa lega dan bangga, merasa semua usaha dan kerja keras mereka terbayar.
Beberapa minggu kemudian, pengumuman pemenang lomba pun tiba. Nadira dan timnya tidak dapat menahan rasa gugup saat mendengarkan hasilnya. Ketika nama mereka dipanggil sebagai juara pertama, mereka melompat kegirangan. “Kita berhasil!” teriak Nadira, memeluk Rina dan Dimas.