Hari-hari menjelang ujian akhir semester semakin mendekat, dan Nadira merasakan tekanan yang semakin meningkat. Semua pelajaran yang telah dipelajarinya selama setahun kini harus dibuktikan dalam ujian. Meskipun ia telah belajar dengan tekun, ketidakpastian menyelimuti pikirannya. “Bagaimana jika semua usaha ini tidak cukup?” ia bertanya dalam hati.
Untuk mempersiapkan ujian, Nadira menerapkan berbagai strategi belajar. Ia mengatur jadwal belajar yang ketat, memprioritaskan mata pelajaran yang sulit, dan membuat catatan ringkas untuk membantu mengingat konsep-konsep penting. Setiap malam, ia duduk di meja belajarnya, dikelilingi buku-buku dan catatan yang berserakan. Suatu malam, saat sedang belajar, ia menerima pesan dari Rina.
“Nadira, ayo belajar bersama di kafe sekolah besok! Kita bisa saling membantu,” tulis Rina.
Nadira tersenyum. Belajar bersama teman-teman memang selalu membuatnya lebih termotivasi. Keesokan harinya, mereka bertemu di kafe dan menghabiskan waktu untuk menjelaskan pelajaran satu sama lain. Rina menjelaskan konsep-konsep fisika yang rumit, sementara Nadira membantu Rina memahami materi kimia. Mereka tertawa, bersenang-senang, dan merasakan dukungan satu sama lain.
Di tengah semua persiapan ini, Nadira juga berusaha menjaga kesehatannya. Ia menyadari bahwa stres yang berlebihan bisa mempengaruhi kemampuannya untuk belajar. Dengan demikian, ia menyisihkan waktu untuk berolahraga dan meditasi. Setiap pagi, ia berlari di taman dekat rumah, merasakan udara segar dan membebaskan pikirannya dari kekhawatiran. Kegiatan ini membuatnya merasa lebih bertenaga dan fokus.
Suatu malam, saat belajar di rumah, Nadira merasa lelah dan putus asa. Setelah berjam-jam mempelajari rumus-rumus matematika yang sulit, ia menjatuhkan bukunya. “Aku tidak bisa lagi! Semua ini terlalu sulit!” teriaknya. Ibunya yang mendengar dari dapur datang menghampiri.
“Nadira, jangan putus asa. Ingatlah mengapa kamu memulai semua ini. Setiap kesulitan yang kamu hadapi adalah langkah menuju impianmu,” kata ibunya dengan lembut.