Semangat Nadira untuk mengejar impiannya terus menyala. Setelah mendapatkan banyak inspirasi dari seminar dan forum online, ia merasa saatnya untuk mulai mengambil langkah nyata dalam proses pendaftaran ke universitas luar negeri. Satu hal yang paling ia inginkan adalah mendapatkan beasiswa yang dapat membantunya mewujudkan cita-citanya tanpa membebani orang tuanya secara finansial.
Di akhir pekan, Nadira menghabiskan waktu di perpustakaan sekolah untuk meneliti berbagai program beasiswa yang ada. Ia menemukan informasi tentang beberapa beasiswa yang sangat kompetitif namun sangat diinginkan, seperti beasiswa Fulbright, Chevening, dan berbagai program beasiswa dari universitas di Eropa dan Amerika. Meskipun informasi tersebut sangat menarik, Nadira tahu bahwa persaingannya akan sangat ketat.
Setelah melakukan penelitian, ia mulai mengumpulkan semua dokumen yang diperlukan. Ia menyiapkan transkrip nilai, surat rekomendasi dari guru-guru, dan esai motivasi yang akan menjelaskan mengapa ia layak mendapatkan beasiswa tersebut. Nadira ingin menulis esai yang menarik dan mampu menggambarkan semangat dan perjuangannya selama ini.
“Nadira, kamu pasti bisa! Berikan yang terbaik dalam esaimu,” ujar Rina, temannya yang selalu mendukung. Rina bahkan menawarkan diri untuk membantu membacakan dan memberikan masukan pada esai yang sedang Nadira tulis.
Setiap malam, Nadira duduk di depan laptopnya, mengetik dengan penuh semangat. Ia menceritakan kisahnya, dari latar belakang keluarganya yang sederhana hingga impiannya untuk belajar di luar negeri. Ia mencurahkan semua pemikirannya, menggambarkan ketekunan dan usaha yang telah ia lakukan, serta bagaimana ia ingin berkontribusi pada masyarakat setelah menyelesaikan studinya.
Setelah beberapa hari menulis dan merevisi, Nadira merasa puas dengan esainya. Ia meminta Rina dan Dimas untuk membacanya dan memberikan saran. Keduanya memberikan masukan berharga, dan Nadira merasa lebih percaya diri saat akhirnya mengirimkan aplikasi beasiswa tersebut.
Beberapa minggu berlalu setelah mengirimkan aplikasi, dan Nadira merasakan campuran antara harapan dan kecemasan. Ia tahu bahwa banyak siswa lain yang juga mengajukan beasiswa, dan kemungkinan untuk diterima bisa sangat rendah. Namun, ia berusaha tetap positif dan fokus pada rencana selanjutnya.
Suatu sore, ketika sedang belajar di rumah, Nadira menerima pesan dari Dimas. “Nadira, ada pengumuman beasiswa yang kamu ajukan! Ayo kita cek!”