Langkah Awal Menuju Dunia

Andhika Tulus Pratama
Chapter #11

Bab 11: Menemukan Jati Diri

Seiring waktu berjalan, Nadira semakin nyaman dengan kehidupan barunya di luar negeri. Namun, meskipun banyak hal yang sudah ia nikmati, ia merasakan bahwa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Meskipun dikelilingi oleh teman-teman baru dan berbagai pengalaman, ada kerinduan yang mendalam akan rumah, keluarga, dan budaya yang ia tinggalkan di Indonesia.


Suatu malam, saat duduk di kamarnya, Nadira membuka album foto yang dibawanya dari rumah. Ia melihat gambar-gambar masa kecilnya bersama keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan kenangan indah di sekolah. Air mata mulai menggenang di matanya. “Aku rindu rumah,” pikirnya, merasa kesepian melanda hatinya. Meskipun dunia di luar sangat menjanjikan, hati kecilnya tetap merindukan tempat di mana ia tumbuh dan berkembang.


Menyadari perasaannya, Nadira memutuskan untuk mengekspresikan kerinduannya melalui menulis. Ia mulai menulis diari, mencatat setiap pengalaman, tantangan, dan harapan yang ia miliki. Dengan menulis, ia merasa seolah dapat berbagi cerita dan perasaannya dengan orang-orang terdekat meskipun terpisah jarak. Menulis menjadi terapi baginya, cara untuk merangkul nostalgia sekaligus merayakan perjalanan barunya.


Di tengah kesibukan belajar, Nadira juga berusaha menghubungkan jati dirinya dengan akar budayanya. Ia mulai mencari komunitas mahasiswa Indonesia di kampus dan bergabung dengan mereka. Dalam pertemuan komunitas tersebut, Nadira merasakan kehangatan yang sama seperti saat bersama keluarganya di rumah. Mereka berbagi cerita, makanan, dan tradisi Indonesia yang membuat Nadira merasa lebih dekat dengan rumah.


“Saya senang bisa bertemu dengan teman-teman yang memiliki latar belakang yang sama,” ujar Nadira kepada salah satu temannya saat mereka memasak makanan tradisional Indonesia. Mereka membuat nasi goreng dan sambal, dan bau harum masakan tersebut mengingatkan Nadira pada masakan ibunya di rumah. Momen ini memberikan rasa kenyamanan dan kebersamaan yang sangat dibutuhkannya.


Namun, tantangan tetap ada. Di kelas, Nadira merasakan tekanan untuk selalu berprestasi dan memenuhi ekspektasi yang tinggi. Dosen-dosen mengharapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan inovatif, dan terkadang Nadira merasa tidak mampu memenuhi standar tersebut. Saat menghadapi ujian dan tugas yang berat, keraguan pun muncul. “Apakah aku cukup baik untuk berada di sini?” pertanyaannya menggema dalam pikirannya.

Lihat selengkapnya