Hari-hari menjelang keberangkatan Nadira ke luar negeri terasa begitu cepat. Dengan beasiswa yang berhasil didapatkan, semua persiapan harus dilakukan dengan matang. Di sisi lain, rasa cemas dan haru mulai menyelimuti hatinya. Ia tidak hanya meninggalkan rumah, tetapi juga orang-orang tercintanya dan lingkungan yang telah membentuknya selama ini.
Satu minggu sebelum keberangkatan, Nadira mengadakan pertemuan dengan teman-teman dekatnya. Mereka berkumpul di rumah Nadira, suasana hangat dan penuh tawa menyelimuti ruangan. Rina, Budi, Dimas, dan beberapa teman lainnya datang dengan membawa makanan kesukaan Nadira. Mereka ingin merayakan keberangkatannya sekaligus memberi dukungan moral.
“Nadira, kita akan merindukanmu!” kata Rina sambil mengelap air mata yang hampir jatuh. “Tapi aku yakin kamu akan sukses di sana.”
“Jangan khawatir, kita akan selalu terhubung. Ini bukan akhir, hanya awal dari petualangan baru,” jawab Nadira dengan senyum yang berusaha ia tunjukkan meskipun hatinya berat.
Malam itu, mereka berbagi cerita dan kenangan selama di SMA. Setiap tawa dan candaan membuat Nadira merasa semakin terikat dengan teman-temannya. “Ingat saat kita berjuang bersama untuk lomba sains itu? Semua kerja keras kita terbayar!” ungkap Dimas.
“Ya, dan semua itu menjadi bagian dari perjalanan kita,” sambung Nadira. “Aku akan bawa semua pengalaman ini ke mana pun aku pergi.”