Setelah berhasil melalui ujian sekolah dengan hasil memuaskan, Nadira kini menghadapi tantangan baru: ujian beasiswa. Dia sadar bahwa persiapan ini akan menjadi salah satu langkah paling penting untuk mencapai impiannya belajar di luar negeri. Ujian beasiswa tidak hanya menguji pengetahuan akademik, tetapi juga kemampuan bahasa Inggris, pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir kritis.
Setiap pagi, Nadira mulai meluangkan waktu lebih banyak untuk belajar bahasa Inggris. Selain mempersiapkan materi pelajaran lainnya, ia memperbanyak membaca artikel berbahasa Inggris, menonton video edukatif, dan mempelajari teknik-teknik untuk meningkatkan kosakata dan kemampuan menulisnya. Ia tahu bahwa ujian bahasa Inggris ini bukan sekadar formalitas, tapi sebuah syarat penting yang menentukan peluangnya.
Di sela-sela persiapan intensifnya, Nadira mendatangi pusat bimbingan belajar untuk mengikuti simulasi ujian beasiswa. Dengan cara ini, ia bisa melihat sejauh mana kemampuannya dan menemukan aspek-aspek yang perlu ditingkatkan. Hasil simulasi pertama membuatnya sedikit terkejut, karena skor bahasa Inggris dan pengetahuan umum masih di bawah harapannya.
“Aku harus lebih banyak belajar soal-soal latihan,” pikirnya. Nadira tidak membiarkan hasil simulasi yang kurang memuaskan itu mengecilkan hatinya, melainkan memicunya untuk bekerja lebih keras.
Suatu hari di kelas, ia bertemu dengan Daisuke, yang juga memiliki rencana untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Mereka berdua berbincang panjang lebar tentang impian mereka. Daisuke berbagi pengalamannya saat mengikuti program persiapan beasiswa, serta tips-tips mengelola waktu dan menangani tekanan ujian.
“Nadira, jangan takut mencoba teknik belajar baru. Misalnya, aku mulai menggunakan metode ‘pomodoro’ saat belajar. Lima puluh menit fokus penuh, lalu istirahat sepuluh menit. Ternyata metode itu membuatku lebih produktif,” kata Daisuke.