Setelah menerima kabar bahwa ia lolos ke tahap wawancara beasiswa, Nadira merasa lega sekaligus bersemangat. Namun, ia tahu bahwa tantangan terbesarnya masih ada di depan. Tahap wawancara adalah kesempatan bagi Nadira untuk menunjukkan siapa dirinya sebenarnya dan meyakinkan para juri bahwa ia layak menerima beasiswa tersebut.
Untuk mempersiapkan diri, Nadira mulai mengumpulkan berbagai informasi tentang teknik wawancara beasiswa. Setiap hari ia membaca artikel, menonton video, dan mencari saran dari kakak-kakak kelas yang pernah melalui situasi serupa. Salah satu kakak kelasnya, Hana, yang berhasil mendapatkan beasiswa ke luar negeri, memberikan saran-saran yang sangat membantu.
"Yang penting, kamu harus bisa menceritakan perjalanan hidupmu dan alasan kamu ingin belajar di luar negeri,” kata Hana. “Tunjukkan jati dirimu yang sesungguhnya. Juri biasanya akan tertarik pada kisah nyata dan semangat yang kamu miliki, jadi jangan lupa untuk tetap tenang dan percaya diri.”
Setiap malam, Nadira berlatih menjawab berbagai pertanyaan wawancara di depan cermin. Ia mencoba mengingat momen-momen penting dalam hidupnya yang telah membentuk impiannya, mulai dari perjuangan akademiknya hingga dukungan keluarganya. Dengan penuh konsentrasi, ia berlatih menjelaskan visi dan misinya dengan lugas dan meyakinkan. Baginya, ini bukan sekadar wawancara, melainkan kesempatan untuk membuktikan semua yang telah ia perjuangkan.
Di sekolah, teman-temannya juga memberikan dukungan penuh. Rina, sahabat terdekatnya, bahkan membantu menjadi “juri” dalam wawancara latihan. Mereka sering menggunakan ruang kelas yang sepi untuk berlatih bersama. Rina melontarkan berbagai pertanyaan yang mungkin Nadira hadapi, menirukan gaya formal seorang pewawancara.
“Kenapa kamu memilih jurusan ini?” tanya Rina dengan ekspresi serius, meniru gaya bicara juri.