Nadira merasakan jantungnya berdegup kencang saat ia membuka email yang ditunggu-tunggu. Dengan penuh harap dan rasa cemas, ia membaca setiap kata dengan seksama. Setelah beberapa kalimat pembuka yang formal, akhirnya ia sampai pada bagian inti yang selama ini ia harapkan: “Kami dengan senang hati mengumumkan bahwa Anda telah diterima untuk menerima beasiswa untuk melanjutkan studi di universitas kami.”
Seketika, dunia seolah terhenti. Nadira membaca kalimat tersebut berulang kali, memastikan bahwa ia tidak salah baca. Kegembiraan meluap dalam dirinya, air mata kebahagiaan mulai mengalir di pipinya. Ia telah mendapatkan beasiswa yang ia impikan, kesempatan untuk belajar di luar negeri yang telah menjadi tujuan hidupnya selama ini.
“Ya Tuhan, aku berhasil!” teriaknya, melompat dari kursi dan mengangkat ponselnya ke udara. Suara sorak-sorai itu menarik perhatian keluarganya yang sedang berada di ruang tamu. Ibu dan Ayahnya segera datang berlari ke arah Nadira, wajah mereka terlihat bingung dan penuh tanda tanya.
“Nadira, ada apa?” tanya ibunya, khawatir dengan reaksi putrinya.
“Aku diterima! Aku dapat beasiswa!” Nadira berteriak dengan penuh semangat. Ia menunjuk layar ponselnya yang masih menampilkan email penerimaan. Raut wajah ibunya berubah menjadi terkejut dan kemudian berganti dengan senyum bangga yang tak terbendung.