Hari keberangkatan Nadira akhirnya tiba. Dalam semangat dan kecemasan yang membara, ia mempersiapkan diri untuk melangkah ke babak baru dalam hidupnya. Setelah berbulan-bulan berlatih, merencanakan, dan menunggu momen ini, saatnya untuk meninggalkan rumah dan melangkah menuju impian yang telah ia perjuangkan.
Di pagi hari, Nadira bangun lebih awal. Suasana di rumah terasa haru dan hangat. Ia mengenakan pakaian yang sudah disiapkan: blus putih sederhana dan celana panjang yang nyaman. Sambil berdiri di depan cermin, ia merapikan rambutnya dan melihat ke dalam matanya. “Kamu bisa, Nadira. Ini adalah impianmu,” bisiknya pada diri sendiri.
Setelah sarapan bersama keluarganya, mereka berangkat ke bandara. Selama perjalanan, Nadira merasa campur aduk. Di satu sisi, ia sangat bersemangat untuk memulai petualangan baru, tetapi di sisi lain, perasaannya juga sedih karena harus meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Ayah dan ibunya sesekali menengoknya, memberikan senyuman hangat yang penuh dukungan.
Sesampainya di bandara, suasana semakin terasa emosional. Nadira memeluk kedua orangtuanya dengan erat. “Aku akan merindukan kalian,” ucapnya dengan suara bergetar. “Tapi aku akan melakukan yang terbaik di sana.”
Ibu Nadira mengelus rambutnya lembut. “Kami percaya padamu, Nak. Kamu pasti bisa. Ingatlah untuk selalu menghubungi kami. Kami akan selalu mendukungmu dari sini,” katanya dengan suara lembut. Ayahnya mengangguk setuju, menambahkan, “Ini adalah langkah besar, dan kami sangat bangga padamu.”