Nadira duduk di meja belajarnya, matanya terpaku pada layar laptop yang bergetar di depan. Jantungnya berdegup kencang saat ia mengklik email yang berjudul “Hasil Seleksi Beasiswa.” Setiap detik terasa seperti satu jam, dan pikirannya melayang antara harapan dan ketakutan. Apa yang akan ia temukan di dalam pesan itu?
Dengan napas dalam, ia mulai membaca isi email tersebut. “Kami dengan senang hati menginformasikan bahwa Anda telah diterima sebagai penerima beasiswa…” Kalimat itu membuat hatinya bergetar. Ia terhenti sejenak, membaca ulang kalimat tersebut untuk memastikan bahwa ia tidak salah baca. Kabar yang baru saja ia terima adalah hal yang selama ini ia impikan.
“TIDAK MUNGKIN!” Nadira berteriak, melompat dari kursinya. Semua ketegangan dan keraguan yang menggelayuti hatinya seakan sirna seketika. Ia berlari keluar kamar, mencari keluarganya. “Bu! Ayah! Aku diterima! Aku dapat beasiswa!” serunya dengan suara penuh kegembiraan.
Keluarganya muncul dari berbagai sudut rumah, wajah mereka tampak terkejut. Ibunya berlari menuju Nadira, memeluknya erat. “Anakku! Kami sangat bangga padamu! Ini adalah hasil kerja kerasmu,” ucap ibunya dengan mata berbinar.
Ayahnya, dengan senyum lebar di wajahnya, menepuk punggung Nadira. “Kamu sudah membuktikan bahwa semua usaha itu tidak sia-sia. Ini adalah awal dari perjalanan baru, Nadira.”
Rina dan teman-teman sekolahnya juga tidak mau ketinggalan. Mereka berkumpul di rumah Nadira untuk merayakan kabar gembira ini. Suasana di dalam rumah menjadi penuh tawa dan sorak-sorai. Makanan ringan disajikan, dan semua orang mengangkat gelas untuk bersulang. “Untuk Nadira, si juara!” teriak Dimas, membuat semua orang tertawa.