Pesawat yang membawa Nadira akhirnya mendarat dengan mulus di Bandara Internasional. Begitu melangkah keluar dari pesawat, hawa segar menyambutnya. Ia merasa seakan berada di dunia yang sama sekali baru. Suasana di bandara terlihat ramai, dengan suara pengumuman dan kerumunan orang yang saling bertemu, memberi nadanya yang berbeda dibandingkan dengan suasana di Indonesia.
Dengan penuh semangat, Nadira menarik kopernya dan melangkah menuju area kedatangan. Di antara keramaian, ia mencari wajah-wajah yang mungkin dikenalnya. Namun, ia tahu bahwa semua ini adalah bagian dari petualangan barunya.
Setelah menyelesaikan pemeriksaan imigrasi dan mengambil bagasinya, Nadira akhirnya menemukan informasi mengenai penjemputan. Seorang mahasiswa senior dari universitas yang akan ia masuki telah ditugaskan untuk menjemputnya. “Nadira?” Seorang pria muda, berambut coklat dan mengenakan jaket biru, melambaikan tangan di tengah keramaian.
“Ya! Saya Nadira!” balasnya dengan antusias.
“Selamat datang! Saya Arif, teman sekampus. Senang bertemu denganmu!” Ia memberikan senyuman hangat dan membimbing Nadira menuju mobil yang terparkir di luar.
Selama perjalanan menuju kampus, Arif menjelaskan berbagai hal tentang kota ini—budaya, makanan, dan hal-hal menarik lainnya. Nadira merasa tertarik dan tak sabar untuk menjelajahi semua yang baru. Namun, perasaannya juga sedikit cemas saat memikirkan kehidupan barunya di negara asing.