Setelah keberhasilan presentasi dan penyerahan rekomendasi penelitian, Nadira merasa bahwa hidupnya memasuki babak baru. Universitas telah menjadi lebih dari sekadar tempat belajar; ia kini merasa terhubung dengan komunitas akademis dan memiliki tujuan yang jelas untuk masa depannya. Dukungan dari dosen, teman, dan keluarganya memberi kekuatan baru untuk melanjutkan perjuangannya.
Suatu hari, saat berjalan di kampus, Nadira menerima email yang menggembirakan. Ini adalah pengumuman resmi tentang penerimaan beasiswa lanjutan yang ia ajukan beberapa bulan lalu. Dengan jantung berdebar, ia membuka email tersebut dan membaca bahwa ia telah diterima untuk mengikuti program magister di luar negeri. Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya saat ia membayangkan semua kerja keras yang telah ia lalui.
Ia segera membagikan kabar bahagia ini kepada keluarganya. Ibu dan ayahnya tidak dapat menahan rasa bangga mereka. Mereka berpelukan, merayakan pencapaian ini sebagai hasil dari ketekunan dan cinta yang telah mereka tanamkan selama ini. Nadira tahu bahwa ini bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga untuk orang-orang yang telah mendukungnya sepanjang perjalanan.
Momen tersebut membuat Nadira merenungkan perjalanan hidupnya. Dari seorang gadis kecil yang berjuang dengan berbagai tantangan hingga seorang mahasiswa yang berhasil meraih impian. Ia teringat pada saat-saat sulit, seperti ketika ia berjuang dengan keterbatasan finansial, menghadapi bullying, dan keraguan yang sempat mengganggu kepercayaan dirinya. Semua itu membentuk karakter dan tekadnya.
Ketika mempersiapkan keberangkatannya ke luar negeri, Nadira merasa campur aduk. Ia bersemangat untuk memulai petualangan baru, tetapi juga merasa sedih meninggalkan rumah dan teman-temannya. Rina, sahabatnya, mengatur perpisahan kecil di sebuah kafe favorit mereka. Dengan tawa dan cerita, mereka mengenang kenangan indah yang telah mereka lalui bersama.