Langkah Jepen

Muhammad Agra Pratama Putra
Chapter #4

Bab 4-Riuh yang Mempertemukan

Malam itu, langit Tenggarong membakar lembayung dengan sentuhan jingga yang lembut. Jalanan mulai padat, bukan dengan kemacetan, tapi dengan tawa. Warga berkumpul, anak-anak berlarian sambil memegang balon, dan aroma gorengan bercampur dengan semilir angin sungai. Di antara warna-warni lampion gantung, satu tempat ramai mulai menjadi pusat perhatian: Soe  Simpang Odah Etam.

"Ini... pasar malam ya?" Gazi menatap sekeliling dengan mata membulat takjub. Sepanjang mata memandang, jajanan berderet rapi. Ada sate payau yang dipanggang perlahan di atas arang, ada es dawet seluang yang dihiasi tape, dan gerobak kue apam melayu yang warnanya cerah mencolok.

Arga menahan tawa, lalu menepuk bahu Gazi. “Bukan, bro. Ini namanya Soe, singkatan dari Simpang Odah Etam. Kayak food court-nya warga tenggarong. Odah Etam tuh artinya ‘rumah kita’. Jadi ini tempat semua orang ngerasa kayak pulang.”

Gazi mengangguk pelan, senyum kecilnya tak bisa disembunyikan. Matanya berputar seperti anak kecil yang baru masuk dunia ajaib.

“Ini luar biasa banget,” katanya pelan, “kayak semesta kecil dengan semua rasa, warna, dan suara bercampur.”

Di tempat lain, Mahakamaya dan Intan sedang berjalan pelan menyusuri area yang sama. Maya mengenakan blus putih longgar dan celana kain dengan motif bunga ulin, rambutnya disanggul sederhana. Di sebelahnya, Intan ceria seperti biasa, sudah sibuk melahap jagung bakar sambil sesekali menirukan suara beatbox.

“awak kulihat dari tadi senyum-senyum terus may, aku laporkan ke Bu Riyah ya,” goda Intan.

Mahakamaya menggeleng, pipinya memerah. “Apa sih, Tan.ndik ada apa-apa leh.”

“Oh ya? Awak kira aku ndik liatkah, awak melihati cowok bule yang nonton awak nari kemai?” Intan sengaja memperpanjang kata-katanya, membuat Maya makin tertunduk malu.

Tapi dunia punya caranya sendiri mempertemukan dua jiwa yang ditarik oleh rasa ingin tahu.

Langkah-langkah mereka  Gazi dan Mahakamaya  secara ajaib bertemu di depan lapak penjual kue cucur warna-warni. Intan berhenti mendadak, hampir menabrak Maya, sementara Gazi menoleh karena mendengar Arga menyebut nama "Mahaka".

"Eh, Maya! Pas beneh temu awak di sini," sapa Arga riang, melambaikan tangan. “Gazi, kenalin. Ini Mahakamaya, sepupu jauhku. Rumahnya cuma beberapa meter dari penginapan tempat kamu nginep.”

Lihat selengkapnya