Langkah Parau

Khairunnisa
Chapter #3

Chapter 3

Pagi itu cerah saat aku tiba di perpustakaan tempatku bekerja. Perpustakaan ini masih terbilang baru, namun sudah dikenal sebagai salah satu perpustakaan terbaik di ibu kota karena memiliki koleksi buku yang lengkap. Gedung perpustakaan terdiri dari tujuh lantai. Letak perpustakaan cukup strategis, berada di pusat kota dan dekat dengan beberapa universitas, sehingga selalu ramai oleh pengunjung setiap hari. Terlebih lagi, tepat di seberang perpustakaan terdapat halte bus trans kota yang memudahkan pengunjung dari berbagai kalangan untuk menjangkau lokasi perpustakaan.

Aku saling bertukar senyum dengan beberapa staf gedung perpustakaan yang berpapasan denganku di lobi, lalu bergegas menaiki lift menuju ke lantai 5, ruang perpustakaan tempat aku bertugas. Sesampainya di sana, di meja informasi kulihat telah ada Rachel, rekan kerjaku. Ia menyapaku. Kubalas dengan senyuman, lalu aku duduk di kursiku tepat di sampingnya. Sambil bertukar cerita dengan Rachel sebentar, aku merapikan mejaku dan membenarkan ikatan rambutku. Tak berapa lama kemudian, tepat jam 9, perpustakaan telah dibuka untuk pengunjung.

Setengah jam setelah perpustakaan buka, beberapa pengunjung mulai datang. Rachel mengatakan padaku bahwa dia akan ke toilet. Aku mengangguk mempersilakannya. Aku masih menatap layar laptop ketika seorang pemuda mendekat ke mejaku.

"Permisi," ucapnya sopan.

Aku mengangguk lalu bertanya, "Ada yang bisa saya bantu?"

"Ya." Dia tersenyum. "Benarkah buku Semak Mengikis karangan Ardanixa ada di perpustakaan ini? Saya sudah mencari di rak dengan nomor buku yang sesuai dengan data katalog di komputer, namun tidak menemukan buku itu di sana."

"Jika buku ada di katalog namun tidak ada di rak, kemungkinan sedang dipinjam, sedang dibaca, atau sudah selesai dibaca tapi belum disusun kembali." Aku menjelaskan.

Aku melihat ke arah meja pengembalian buku yang sudah selesai dibaca, belum ada buku yang diletakkan di sana. Tentu saja sepagi ini belum banyak pengunjung.

"Sebentar," ucapku. Dia mengangguk.

"Jumlah buku Semak Mengikis yang kami miliki ada enam, dan mohon maaf semuanya sedang dalam peminjaman." Aku menginformasikan padanya setelah melihat data di laptop.

"Baiklah, terima kasih."

"Kamu bisa membaca buku fiksi yang lain jika mau. Koleksi fiksi berada di deretan rak sebelah selatan. Jika kamu ingin mencari judul buku atau pengarang buku tertentu, kamu bisa mencarinya kembali pada katalog di komputer." Aku menambahkan penjelasanku.

"Apakah perpustakaan ini juga memiliki koleksi buku Desain Grafis?"

"Ya, ada di lantai 6. Kamu bisa menaiki tangga ini." Aku menunjukkan tangga yang berada tepat di belakang meja informasi.

Dia mengangguk tersenyum dan mengucapkan terima kasih sekali lagi, lalu berjalan dan mulai menaiki tangga. Ruang perpustakaan lantai 5 dan 6 memang terhubung dengan tangga. Jika pengunjung berada di lantai 5 lalu ingin melihat-lihat buku di lantai 6, maka pengunjung tidak perlu keluar ruang perpustakaan terlebih dahulu untuk menaiki lift ke lantai 6.

Ketika Rachel sudah kembali ke meja, aku memutuskan untuk merapikan susunan buku. Kadang ada saja buku-buku yang letaknya tampak sedikit berantakan, atau besi-besi pembatas susunan buku yang letaknya miring, dan sebagainya. Karyawan perpustakaan tidak banyak. Jadi selain menjaga meja informasi, merapikan buku dan menyusun kembali buku-buku yang telah selesai dibaca pengunjung sudah menjadi tugasku dan Rachel, serta semua penjaga perpustakaan di lantai yang lain.

Sebenarnya merapikan buku bukanlah hal yang wajib, selama tidak teralu berantakan dan letaknya sudah sesuai. Tapi aku tidak suka melihat susunan yang tidak rapi, jadi walaupun itu misalnya bukanlah tugasku, aku akan tetap merapikan letak buku-buku agar tetap enak dipandang.

Aku mulai merapikan buku-buku pada deretan rak yang terletak paling ujung sebelah timur ruangan. Ini merupakan rak-rak buku Ekonomi. Sambil merapikan, aku memperhatikan kalau-kalau ada buku yang letaknya tidak sesuai pada tempatnya.

Dari sudut mata aku melihat seseorang mendekat ke arahku. Itu dia, pria yang tadi menanyakan buku Semak Mengikis, kemudian ke lantai 6 untuk melihat buku-buku Desain Grafis. Dia tersenyum ketika sudah berada di dekatku. Di tangannya ada sebuah buku.

"Koleksi perpustakaan ini sepertinya lengkap juga, ya," komentarnya.

Aku tersenyum menanggapi.

Aku tidak hafal para pengunjungku, tapi sepertinya aku belum pernah melihat pria ini sebelumnya. Ia mengenakan jaket abu-abu dengan kaus berwarna putih, dipadukan dengar jeans hitam dan sepatu yang juga berwarna putih. Aku mengira usianya sekitar pertengahan atau akhir 20-an.

"Jenis buku apa yang paling diminati oleh pengunjung perpustakaan ini?" Dia kembali membuka pembicaraan.

Lihat selengkapnya