Lanjutkan Kisahku

Diyah Islami
Chapter #3

Indigo

Banyak orang bilang, punya indra keenam itu suatu keistimewaan. Nyatanya, sebagian dari mereka menyatakan itu sebagai suatu kesialan. Termasuk Ria yang mengemukakan itu.


Ia tak merasa kalau-kalau bisa melihat makhluk tak kasat mata adalah sebuah anugerah. Malah menganggapnya sebagai malapetaka daripada sebuah keberuntungan.


Karena terkadang, para makhluk menunjukkan eksistensinya tak kira-kira dan tak kenal waktu, walau itu siang bolong sekalipun.


Seperti… saat-saat seperti ini.


Ria menghembuskan napas kasar saat melihat makhluk putih berlendir itu sedang menjilat darah di sebuah pembalut. Memutuskan segera pergi sebelum sosok itu menyadari kalau Ria bisa melihat keberadaanya. 


Bergidik ngeri, ia mengurungkan niat, tak jadi masuk ke dalam toilet. Lebih baik ia pergi toilet di pom bensin dari pada buang air dengan melihat pemandangan menjijikkan begitu.


Begitu berbalik tersentak dirinya saat berpapasan dengan Bu Rahma. Dekan Fakultas Ekonomi itu tersenyum ke arahnya.


“Sudah selesai, Ria?“


“Sudah, Bu,” bohongnya sembari tersenyum. Bu Rahma melewatinya, hendak masuk ke dalam toilet.


Tangannya terulur dengan mulut terbuka, berencana untuk memberitahu Bu Rahma. Tapi… ia rasa wanita itu tidak akan percaya. Susah untuk memberitahu orang yang matanya tak sama seperti dirinya. Bisa-bisa ia di cap 'gila'.


Geleng kepala, Ria beranjak pergi dan kembali menuju kantor untuk uduk di kursinya, sekilas melihat Farah—salah satu Dosen Fakultas Bahasa berumur dua tahun lebih tua dari dirinya—sedang meringkuk di kursi.


“Kenapa, Kak?“ tanyanya. Sedikit heran karena tak biasanya Kak Farah yang selalu tampak anggun berbuat seperti itu.


“Datang bulan, Ri.“


Ria mengangguk, namun seolah menyadari sesuatu, matanya terbelalak, menoleh ke arah Farah. Jangan-jangan pembalut di toilet tadi….


“Kak,” panggilnya pelan.


“Hm… kenapa?“ Farah masih meringis, menelungkupkan wajah di atas meja sembari tetap memegangi perutnya.


“Aku mau tanya. Mungkin ini sedikit menyinggung. Kalau tidak mau dijawab juga gak papa.“


“Gak apa, bilang aja!“


“Kakak… ada buang pembalut di toilet?“


Lihat selengkapnya