Ria merutuki diri. Pasalnya kemanapun ia pergi, ia menjadi tak tenang. Seperti sosok-sosok sebelumnya yang pernah ia lihat. Kali ini pun, sosok yang tak sengaja bersinggungan dengannya di kelas tadi mulai mengikuti.
Sial!
Ia berulangkali menoleh ke belakang. Sejak keluar dari kampus ia tak melihat sosok itu lagi. Baguslah!
Setelah menaiki motornya, ia berkendara dengan kencang menuju rusun yang ia tempati selama beberapa tahun terakhir ini.
Sampai di area parkir rusun, Ria memarkirkan sepeda motornya. Ia beranjak naik ke atas, masuk ke dalam lift, tempatnya tinggal berada di lantai empat dari lima lantai yang ada di rusun.
Sejenak, Ria melirik arloji di tangannya yang menunjukkan pukul 13:05. Pantas saja area rusun tampak sepi siang ini. Rata-rata penghuni rusun adalah para pekerja yang memiliki anak sekolah. Dan anak-anak mereka belum berpulangan.
Ting!
Lift itu berhenti dan pintunya terbuka. Alis Ria bertaut sembari mengerjap, pasalnya ia masih berada di lantai tiga. Belum sampai ke tujuan, kenapa lift ini malah berhenti.
Ria menekan tombol kembali. Namun, pintu lift tak kunjung menutup. Menghela nafas, ia memutar mata sembari keluar dari lift. Mungkin ada kendala atau hal semacamnya yang tak ia mengerti telah terjadi pada lift tersebut.
Satu langkah setelah ia keluar, yang paling membuatnya jengkel adalah… lift itu malah menutup dan naik ke lantai empat.
“Dasar lift, gak guna!“ kesalnya menendang tong sampah yang berada tepat di dekat kakinya. Tong sampah itu malah berguling dan jatuh ke tangga. Menimbulkan bunyi berisik bergema yang agak menganggu telinga
“Sial banget, sih,” ungkapnya mengejar tong sampah yang untung tak ada isinya itu. Terpaksa harus turun beberapa anak tangga, lalu naik kembali.
Tuk….
Tuk….
Tuk….
Ria meletakkan tong sampah itu di tempatnya semula. Suara ketukan dari anak tangga, tapi entah dari sebelah mana. Atas atau bawah? Ia tak tahu.
Matanya menelisik memperhatian anak tangga bawah. Bunyinya masih terdengar, namun tak ada apa pun. Ia mengalihkan pandangan pada anak tangga atas. Kali ini, Ria diam di tempat. Bayangan seseorang mulai turun dari sana.
Tuk… tuk… tuk….
Menunggu dalam hening, sayup-sayup suara itu terdengar seperti hilang timbul di telinganya. Rasanya sedikit mencekam dengan bulu kuduk meremang, saat bayang-bayang itu mulai menuju ke arahnya.
Tuk… tuk… tuk….
Ia bisa bernafas lega saat melihat seorang wanita dengan high heels turun dari tangga lantai atas. Wanita itu tersenyum padanya. Ria membalas sembari mengurut dada. Merasa menjadi pengecut karena ketakutan tadi.
Ia melangkah menaiki tangga kembali. Menuju lantai empat. Memaksakan diri untuk mengangkat kakinya. Walau debar itu masih terasa.
Tuk… tuk… tuk….
Langkahnya terhenti, suara itu terdengar lagi. Berusaha berpikir positif, ia melongokkan kepala ke tangga lantai bawah. Kali saja si wanita dengan high heels itu kembali lagi.