“Mbak? Mbak, sudah sadar?“
Ria terperangah saat melihat di sekelilingnya beberapa orang berkerumun. Dirinya bangkit dari posisi tidur. Seseorang mengulurkan satu gelas berisi air yang ia tenggak hingga tandas.
Matanya menatap sekeliling. Ia berada di sebuah ruangan. Entah ruangan siapa, ia tak tahu.
“Syukurlah sudah sadar. Kami menemukan mbak pingsan di tangga tadi,” ucap wanita paruh baya yang ada di kerumunan itu. “Mbak, belum makan, kah? Kenapa bisa sampai pingsan?“
Ria menggeleng, memijit kepalanya yang memang terasa pusing. Teringat hal yang baru ia alami tadi. Apakah Alia sengaja menampakkan proses kematiannya padanya.
Tapi untuk apa?
“Sudah jangan ditanya dulu. Biarkan dia beristirahat,” ucap seorang satpam yang rambutnya sebagian sudah memutih. Pak tua itu yang pertama kali menemukan Ria pingsan di bawah tangga.
“Saya sudah tidak apa-apa, kok. Hanya pusing saja tadi,” ucap Ria pada akhirnya membuat orang-orang yang bsrkerumun itu menatapnya dengan lega.
“Mbaknya tinggal di lantai berapa?“
“Empat, Bu.“
“Mau diantar ke sana tidak?“
“Gak usah, Bu. Saya bisa sendiri, kok.“
“Aduh, jangan! Lebih baik diantar saja,” celetuk seorang ibu lain.
“Iya, nanti pingsan tiba-tiba kayak tadi,” celetuk yang lainnya juga.
Ria hanya bisa tersenyum. Ibu-ibu dan penghuni rusun lainnya mengantar ia sampai di depan kamarnya. Berulang klai ia mengucapkan terimakasih pada orang-orang baik hati itu, karena dirinya sudah merepotkan.
Kalau ingat bagaimana ia bisa pingsan tadi. Ria masih tak habis pikir, bagaimana bisa?
Apalagi saat melihat ingatan Alia. Apa ini artinya sosok itu tengah meminta bantuannya?
Ria menggeleng, beranjak menuju kamarnya. Melemparkan tasnya sembarang arah dan merebahkan diri di atas kasur.
Mengeluarkan ponsel dari dalam saku baju, lalu mulai scroll media sosial untuk menghilangkan pikiran atas kejadian tadi, pusingnya sudah agak mereda.
Saat scroll beranda sosial media berlogo biru itu ia menemukan sebuah tulisan yang membuat dahinya mengernyit, bingung.
Ia memang bergabung di beberapa grup kepenulisan untuk membaca beberapa cerita kesukaan yang tak jarang ia beli novelnya.
Sedari dulu ia memang suka membaca dan sering mengumpulkan beberapa novel. Terutama cerita romantis. Ia paling suka cerita-cerita seperti itu dan sangat menjauhi cerita horor.
Karena tak jarang saat ia membaca kisah-kisah horor. Para sosok yang tahu dirinya disebut atau ada dalam cerita akan merasa terpanggil dan datang ke kamarnya. Tak jarang membuatnya merasa ketakutan sendiri dan berhenti untuk membaca cerita dengan genre tersebut.
Tapi, yang ini….
Benar-benar tak bisa Ria lewatkan. Segenap hati ia mengklik cerita tersebut dan terpampang isinya guna membaca secara keseluruhan.