Randy pulang ke kos annya dan berniat kembali keesokan harinya ke rumah itu. Ia memijit-mijit pundak yang terasa pegal. Entahlah hawanya agak aneh malam ini.
Apa jangan-jangan.
“Ada sesuatu yang menggantung di punggung kamu kemarin. Sosok itu datang karena kamu menulis kisah tentangnya. Oleh sebab itu dia menghantui kamu, membuat punggung kamu sakit dan parahnya, karena saya yang bisa melihat makhluk itu….
Randy bergidik ngeri, menatap ke belakang punggungnya kini sembari mengibas-ngibaskan tangannya di belakang punggung. Berharap semoga tak ada Alia di sana.
Kos Randy terdiri dari dua lantai dengan masing-masing sembilan kamar di satu lantai yang saling berhadap-hadapan membentuk letter U. Sementara di tengahnya ada tangga menuju kamar kos lantai dua yang berisi sembilan kamar yang saling berhadapan juga.
Begitu membuka gerbang kos mata Randy memicing melihat Adi sedang berdiri di sudut tangga sembari membelakanginya. Laki-laki itu tengah berdiam diri entah melakukan apa. Randy berjalan mendekat.
“Di,” panggilnya namun tak membuat pemuda itu menoleh. Randy memutuskan menyentuh bahunya membuat Adi terkesiap dan menoleh ke arahnya. Wajahnya pucat pasi seperti mayat hidup.
“Kamu ngapain di sini, Di? Kenapa gak naik ke atas?“
“Sst!“ bisiknya dengan jari telunjuk di depan bibir. Tangannya terangkat menunjuk lantai atas. “Ada seseorang di kamarku.“
“Ha? Apa maksudmu?“ Randy tak mengerti berusaha melewati Adi dan mulai menaiki tangga.
“Jangan, Ran!“ tahan Adi pada tangan Randy. Laki-laki itu sedikit tersentak saat tangan dingin Adi menyentuh pergelangan tangannya.
“Tanganmu dingin sekali, Di!“
“Aku ketakutan, jangan naik! Kau di sini saja bersamaku.“
“Ah, kau ini! Jangan mencoba menakutiku,” seru Randy walaupun ia agak takut tapi mencoba melawan dan mulai naik ke tangga.
“Ran!“ panggil Adi membuat laki-laki itu menoleh. Namun di saat yang bersamaan pintu kamar kos Adi tiba-tiba saja terbuka. Randy mundur satu langkah ke belakang saat muncul kepala Adi dari celah kecil pintu tersebut.
“Kau dengar itu Ran?“ ucap Adi yang berada di celah pintu kamar. “Ada seseorang yang terus-terusan memanggil namaku.“
Randy terpaku, ia menoleh, menatap Adi yang berada di ujung tangga dan Adi yang berada di balik pintu.
Bagaimana bisa ada … dua Adi?
***
Ria berdecak sembari memejamkan mata. Wajahnya terasa gatal dan risih saat untaian rambut-rambut itu bergerak tak berkesudahan. Sudah tiga jam ia terus begini.
Walau ia bergerak miring kanan atau kiri sekalipun. Sosok yang sedang berada tepat di depan wajahnya kini terus mengikuti, menatapnya tanpa henti. Membuatnya merasa keki setengah mati.
Ia tak mau membuka mata, kapok sungguh. Bisa jadi nanti sosok itu memperlihatkan hal yang lain lagi. Kali ini saja dia sudah kewalahan dan ketakutan. Entah kapan akan berakhir.
Pastinya, jika Randy menyelesaikan cerita yang ia buat.
***
Randy mengerjap, terbangun dari tidurnya. Ia menatap sekeliling saat merasakan bias cahaya matahari pagi mulai masuk ke dalam kamarnya.
Ia berada dalam kamar kosnya?
Ceklek
Pintu kosnya terbuka. Adi muncul dari sana sembari membawa satu kantung plastik.
“Oh, kau sudah bangun.“
Alis Randy bertaut, dilihatnya Adi dengan raut bingung. Seketika ia bangkit dari tempat tidur karena teringat kejadian tadi malam.