“Tio!“
“Mas Tio!“
Tio berhenti melangkah, Citra berhasil menahan tangannya. Lalu lalang orang yang lewat di parkiran membuat keduanya menjadi bahan tontonan.
Citra berdecak, menarik tangan lelaki di hadapannya hingga melipir ke arah belakang mobil yang berjajar.
“Mas ini kenapa, sih?“
“Kamu gak dengar pembicaraan dua anak gadis tadi?“
Citra mendengkus, melipat tangan di depan dada seraya memutar mata. “Dengar, jelas banget malah. Tapi bisa gak, sih, kalau kamu bersikap biasa aja?“
“Bersikap biasa?“ Tio tersenyum miring. Mengalihkan pandangannya, kemudian menatap Citra kembali. “ Gimana caranya aku bisa bersikap biasa di saat orang lain mencurigai kalau kita telah mem ….“
Tio melepaskan tangan Citra yang menutup mulutnya. Kasar, ia menepis tangan itu.
“Kamu itu apa-apaan sih?“
“Pelankan suara mu, Mas. Kamu mau orang lain mendengar semuanya? Toh mereka juga gak tahu siapa dalang dibalik kejadian itu, kan?“
“Tapi, lambat laun mereka, bahkan semua orang juga akan tahu Citra. Kalau itu terjadi apa yang harus kita lakukan? Aku gak mau dipenjara. Lagipula itu sudah sepuluh tahun berlalu.“
“Kamu dari dulu selalu bodoh, ya. Kita cari caralah buat menghentikan itu semua. Kamu pikir aku juga bakalan mau kalau dipenjara?“
“Kalau begitu apa caranya? Jangan ngomong aja!“
“Pertama, kita cari tahu sumber utama yang menyebarkan cerita ini. Seperti yang kamu bilang, itu sudah sepuluh tahun berlalu. Lebih mudah bagi kita untuk menyelesaikannya.“
Tio terdiam dengan alis bertaut, menatap Citra yang menyeringai. Ada banyak rencana dalam kepalanya.
***
Pagi ini, Randy agak sedikit risih saat datang ke kampus. Dimulai dari masuk ke gerbang teman-temannya, bahkan orang dari fakultas sebelah yang tak ia kenali siapa kini mengerubunginya.
Semua ini perihal ceritanya yang trending di facebook dan juga twitter. Juga karena ia menggunakan akun asli untuk meng-upload cerita bahkan foto profilnya juga tertera di sana.
“Ran, ini benar akunmu yang buat cerita?“
“Ran, jadi kisah Alia yang viral sepuluh tahun lalu itu bukan karena bunuh diri, ya?“
“Ran, kamu dapat informasi kek gini dari mana?“