"Emang bener ya, manusia itu nggak ada yang sempurna. Ini buktinya, ganteng-ganteng hobinya ngelamun." -Sera Vistira.
-o0o-
Sera bangun dari tidurnya, ia sempat melakukan sedikit peregangan. Setelah berbenah dia segera menuruni tangga ke lantai satu, mengambil roti di meja makan lalu menyalimi tangan ibunya. Semua itu Ia lakukan secepat kilat, ia benar-benar takut terlambat.
"Eh, Sera makan dulu nak." Mamanya tetap memasak sambil sesekali mengelap keringat di dahi.
"Nope, Ma. Sudah telat," ucap Sera sambil memasukkan roti ke dalam mulutnya.
Ia segera berlari menuju luar gang rumahnya. Sera menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, tak lama kemudian angkot yang dia cari datang. Dia segera melambaikan tangannya lalu manaiki angkot itu.
'Terpaksa,' batinnya.
Didalam angkot Sera memakai earphone dan menyetel lagu sekeras mungkin agar tidak mendengar ibu-ibu yang sedang mengobrol di depannya.
Baru saja ia menikmati alunan musik melalui earphone miliknya sambil memejamkan mata, angkot kembali terhenti mendadak membuat Sera membuka matanya. Namun, pemandangan yang berada di depannya seketika membuatnya ngeri. Bagaimana tidak, di depannya terlihat cowok berseragam sama dengannya sedang menggeram tertahan. Kehadiran cowok itu sukses membuat ibu-ibu yang sedang mengobrol menghentikan obrolan mereka karena tatapan cowok itu.
"SMA Dirgatra, bang." Dia duduk di sebelah Sera sambil menahan marah. Urat di lehernya sampai terlihat saat Ia marah. Angkot itu mulai berjalan kembali. Cowok itu menoleh ke arah Sera, Dia menatap Sera aneh.
"Apa?!" tanyanya sedikit nyolot, sungguh suasana hatinya sedang buruk.
Sera yang tidak tahu harus menjawab apa, hanya menggeleng pelan. Sera memakai earphone miliknya lalu memejamkan matanya lagi. Tidak lama kemudian angkot itu berhenti mendadak lagi. Membuat Sera sempat terhuyung dan terbentur, dia menatap sang supir angkot tajam.
"Hati-hati dong, bang!" tegur Sera.
"Maaf, neng. Ada penumpang, rejeki nggak boleh ditolak." Sera menggerutu.
Cowok itu hanya melihat kearah Sera sambil menahan diri agar tidak tertawa. Karena ekspresi Sera saat ini.
"Lucu," batinnya.
Satu Bapak-bapak menaiki angkot itu, tampangnya seperti pereman. Dia duduk di sebelah sang cowok.
Sera membuka matanya ketika mencium bau keringat penumpang yang baru masuk tadi. Ia menoleh ke samping, dan mendapati sang Bapak-bapak tadi berusaha mengambil dompet di tas sekolah cowok di sebelahnya. Dia menghembuskan nafas pelan, memang pencuri jaman sekarang sangat kurang kreatif. Dan sang cowok disebelahnya malah menatapnya balik sambil tersenyum kegeeran.
"Pak, kalau mau nyuri pastiin buat sang korban noleh ke arah lain dulu. Biar gampang ngambil dompetnya, nggak aman kalau si korban lagi ngelamun bisa aja sewaktu-waktu sadar," ujarnya pelan entah berniat menyadarkan cowok di sebelahnya yang menjadi korban pencopetan, atau memberi nasihat mencopet yang benar kepada bapak itu.
Si sopir angkot yang melihat gelagat mencurigakan menyuruh bapak tadi untuk turun.
"Pak, bapak mendingan turun. Atau saya gebukin." Sang supir menggulung bajunya ke atas, menunjukkan ototnya. Sera menahan senyumnya.
Bapak-bapak tadi turun dengan terburu-buru mengetahui aksinya dipergoki. Sedangkan sang cowok yang masih terkejut karena hampir kecopetan hanya berdiam diri.
"Penampilan aja yang ganteng, plus serem. Pas kecopetan cuman bisa diem," sindirnya kepada cowok disebelahnya.
Sang cowok yang tersindir hanya tersenyum canggung. Sera memejamkan matanya lagi, menikmati alunan musik yang sempat tertunda.
"Makasih," ujar cowok disebelahnya. Sera tidak membalas, volume musik di earphone miliknya terlalu besar. Cowok itu menatap Sera menunggu jawaban, tak lama mencibir pelan. Dia mengambil satu earphone Sera memasangkannya di telinganya. Sera pun membuka matanya lalu menatap sebal ke arah cowok itu. Cowok itu tersenyum geli melihat ekspresi sebal Sera.
"Makasih," ucapnya pelan. Dia ikut memejamkan mata, menikmati alunan musik di earphone cewek disebelahnya.
Sera merebut earphone itu cepat, lalu memasangkannya di telinga. Membuat cowok yang baru saja menikmati musik menatapnya heran.Tidak lama angkot berhenti di depan SMA Dirgatra. Sera melangkah keluar dari angkot, dan segera membayar. Ia menatap balik cowok yang masih setia menatapnya.
"Emang bener ya, manusia itu nggak ada yang sempurna. Ini buktinya, ganteng-ganteng hobinya ngelamun," cibirnya, lalu segera masuk ke dalam SMA Dirgatra. Ia berlari memasuki Gerbang sekolahnya.