"Gue, Alanka Pramuna Seta. Temen lo manggil gue Alan kan? Panggil gue Lanka, gue mau panggilan spesial dari orang yang akan jadi spesial di hidup gue." -Alanka Pramuna Seta.
-o0o-
Bu Pipit datang ke lapangan dengan tergopoh-gopoh. Dia lupa kalau sedang menghukum muridnya, rencananya setelah selesai mata pelajarannya saja namun, rapat mendadak para guru membuatnya menjemur Sera dilapangan hingga jam istirahat.
"Sera!" panggil Bu Pipit.
Sera menoleh dengan wajah lesu, air minum dan snack dari anak basket tadi sudah habis dan dia sudah sangat lapar.
"I-iya, Bu."
"Kamu masuk kelas sekarang, mangkanya kalau ada tugas dikerjakan! Dan juga jangan ngeyel! Paham kamu?"
"Paham." Sera menjawab dengan pelan karena lelah. Pamit kepada Bu Pipit, tidak lupa mencium tangan gurunya itu lalu beranjak pergi dari sana.
Sera berjalan di koridor dengan pelan, tiba-tiba saja Chicka muncul lalu memukul bahunya keras sekali, Sera sempat kehilangan keseimbangan. Namun, dengan segera dia berpegangan pada tembok disampingnya.
"Hola, pujaan Bu pipit! Apa kabar mu setelah dijemur 4 jam??" tanya Chicka ceria.
Sera melepas sepatunya, lalu berkata, "Bismillah headsoot!"
Sera melayangkan sepatunya sekuat tenaga ke wajah Chicka dengan kekesalan yang sudah berada di ubun-ubun.
"Eh, Ser. Udah Ser, sabar. Astaghfirullah." Jingga datang dan memegang tangannya, membuat pergerakannya terhenti. Sera berdecih lalu segera berjalan ke kantin dengan sepatu ditangannya.
"SERA!!!" panggil Chicka. Sera menoleh, Chicka membentuk love dengan kedua tangannya di atas kepala.
"Mianhe, noona! Sharanghae!"
Banyak siswa yang menonton hal itu, mengusap dada. Ada juga yang bersiul pelan. Sera akui Chicka memang imut, seandainya saja siswa di SMA Dirgatra tau bahwa Chicka sedikit gila entah apa yang akan terjadi.
"Y gede," ujarnya kesal.
"Eh, Sera!" panggil Jingga. Sera menoleh sekilas dengan tatapan sebal.
"Ya, sharanghae too," ujar Sera tidak menunggu Jingga berbicara. Ia melangkah hendak berlalu.
"Ser, gue serius!" panggil Jingga lagi.
"Hm, apa?" tanya Sera berbalik dan menatap Jingga.
"Nanti ada tanding basket, ikut yuk! Lo nggak pernah ikut kita, sekalian cuci mata." Sera mengangguk sebagai jawaban lalu berbalik lagi. Baru satu langkah dia melangkah, Jingga memanggilnya lagi.
"ASTAGHFIRULLAH, APA?!" teriaknya kesal.
Jingga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu berkata, "Sharanghae!"
"BODO!"
Jingga dan Chicka tertawa bersama. Sedetik tanpa menjaili Sera bagaikan taman tanpa bunga, ada kebahagiaan tersendiri bagi mereka.
Akhirnya Sera bisa menuju ke kantin dengan tenang. Ia duduk di meja kantin paling sudut agar tidak ada yang melihat kerakusannya saat makan, Sera memesan satu mangkok bubur ukuran besar. Lalu memakannya dengan lahap.
Sesaat kemudian Sera mengamati sekitarnya. Sera merasa diperhatikan dari arah kiri. Dia menoleh dan menemukan cowok yang berada di angkot tadi pagi ada di sana, entah kenapa Sera memperhatikannya lebih rinci. Cowok itu menggunakan seragam basket, dan bandana hitam.
Cowok itu menggaruk tengkuknya, Merasa terkejut dan canggung saat Sera menatapnya dengan rinci.
Sera menaikkan sebelah alisnya kepada cowok itu, bertanya 'apa' secara tidak langsung lalu memakan suapan terakhir buburnya dan berlalu dari tempat itu. Ia berniat ke kelas untuk melanjutkan tidurnya yang tertunda tadi pagi.
Chilok: Ser, ke lapangan sekarang. Sebentar lagi anak basket tanding nih.
Sera membaca pesan tadi lalu bergegas mengubah arahnya menuju ke Lapangan. Eh tunggu dulu, Sera berhenti. Lalu berbalik menatap ke Meja kantin tempat cowok itu duduk.
'Bukannya tadi dia pakai seragam basket?' batinnya.
"Eh, Kenapa juga gue perhatiin? Buang-buang waktu," ujar Sera pelan segera pergi menuju lapangan.
Sera menghentikan langkahnya saat sampai ke sisi lapangan, dia segera duduk di bangku penonton dan melihat anak-anak basket yang memberinya snack dan air putih tadi pagi pura-pura menyisir rambut ke belakang sambil mengedip memancing teriakan siswi-siswi di kursi penonton.
"Ser, Bang Kevin ganteng hiks," ucap Jingga sambil mengusap air matanya. Sera memandang horor. Bisa-bisanya Jingga berkata bahwa Kakak sepupunya tampan. Dan lagi kenapa dia sampai menitihkan air mata, berlebihan sekali.
"Dia suka Chicka."
"Ya udah! Kalau gitu si Gerald buat gue aja!!" seru Jingga menatap mantap ke arah cowok yang sedang tertawa dengan kevin.
"Dia suka sama Wenda."
"Ya terus gue sama siapa?" tanya Jingga cemberut.
"Sama Gue, mau?" tawar Sera sambil tertawa, Jingga menoyor kepela Sera pelan. Tidak ada senyum dalam wajahnya.
Sera menepuk pundak Chicka, karena sedari tadi Chicka tidak berkata apapun.
"Rekor loh, Si Cilok diam selama dua menit." Sera tertawa.
"Chi-Chicka su-suka Kak Ke-kevin," ucapnya terbata-bata. Sedangkan Sera menatapnya tajam.
"Bencana," lirihnya pelan, dia tidak bisa membayangkan Chicka yang Lola menjadi bagian keluarganya.
"Hello, girls!" sapa Kevin sambil tersenyum ke arah Chicka. Jangan ditanya bagaimana reaksi Chicka, Ia sudah mematung dan wajahnya pun memerah.
"Dek, lo nggak nakal kan?" tanya Kevin mendadak serius. Sera menggeleng sebagai jawaban.
"Oh, tapi kok bisa ya dari tadi dia merhatiin lo."
Sera menoleh menunggu Kakaknya menjelaskan lebih lanjut, Sedangkan Kevin langsung pura-pura tidak tahu setelah keceplosan.
"Dia?" tanya Jingga.
Kevin menoleh ke arah lain, lalu melihat ke arah seseorang yang tengah mengawasi interaksi mereka.
"Gue pergi dulu ya," pamitnya.
"Oh, Kak Alan ..." Jingga menganggukkan kepalanya setelah melihat orang yang ditatap oleh Kevin, sesaat kemudian matanya melotot, "What?? Kak Alan? Alanka Pramuna Seta, Sumpah demi apa?!!"
Siswi-siswi yang berada di kursi penonton menatap Jingga bingung. Sera buru-buru menyumpal mulut Jingga dengan kedua tangannya.
‘Alan?’ tanya Sera dalam hati