Sera menunggu di halte depan Sekolah, hatinya tanpa henti menyumpah serapahi Kevin yang tidak mau mengantarkannya pulang. Sera bisa saja menuju ke kafe Mamanya yang berada di seberang SMA Dirgatra, akan tetapi Mama Sera sedang menghadiri acara pernikahan tetangganya dulu.
Mama Sera sudah menyuruh Kevin, akan tetapi dengan mudahnya Kevin berkata kepada Sera bahwa Ia akan pulang duluan, lalu menjemput Sera.
“Sial!”
Sera duduk di halte depan sekolahnya sambil menunggu Kevin, karena lama Sera merubah posisinya menjadi bersender. Secara tidak sadar Sera melamun. Tiba-tiba deru motor seseorang yang cukup kencang menyadarkan Sera dari lamunannya.
Pengemudi motor itu turun dari motornya, Ia menghampiri Sera. Sera tidak tahu itu siapa, karena pengemudi itu memakai helm full face yang membuatnya terlihat misterius. Setelah di samping Sera, Ia melepas helmnya.
“Lanka?”
“Iya, Tira ngapain disini sambil ngelamun?” tanya Lanka.
Sera mendengus, Ia menceritakan semuanya kepada Lanka. Sesekali Sera memukul kursi, karena kesal. Lanka yang mendengarnya tertawa, Ia berdiri lalu memasang helmnya kembali.
“Mau ngapain?” tanya Sera.
“Pulang,” jawab Lanka sambil tersenyum, walau Ia tahu Sera tidak bisa melihat senyumnya.
“Lo mau ninggal gue gitu?”
“Kenapa? Ngode mau dianterin?” tanya Lanka balik.
Sera mendengus, “Lo pikir aja sendiri, nggak ada inisiatif emang!”
“Ya udah Lanka pergi.”
“Ya udah.”
Lanka menaiki motornya, “Pergi nih.”
Sera melirik dari sudut matanya, “Pergi sana!”
“Nih-nih,” ucap Lanka sambil menarik gas, sekaligus menarik rem. Hal iitu membuat suara yang kencang.
“Berisik! Pergi sana,” usir Sera.
“Ya udah.”
Lanka memposisikan seolah-olah dirinya hendak pergi, sedangkan Sera di tempat duduknya hanya diam sambil kembali mendumel.
Sera melirik Lanka yang masih setia di posisinya, “Kalau mau ngebonceng gue, bonceng aja kali. Gengsi amat.”
Lanka menoleh sambil terkekeh, Ia menarik gasnya lagi untuk menggoda Sera.
“Sama, Tira juga gengsi!”
Sera melipat tangannya didepan dada, lalu menghampiri motor Lanka dan menaikinya.
“Katanya gengsi,” ejek Lanka.
“Ck, cepetan! Malu tuh diliatin.”
“Kalau malu kenapa nggak dari tadi bilan.” Ucap Lanka.
“Anterin Bego!”
"Sekarang?"
"Tiga tahun kemudian, waktu gue nikah sama Taehyung!"
"Ngapain nikah sama gayung?"
"Ish, cepetan! Panas nih!"
"Apanya?"
"Nganterinnya!!"
"Sekarang?"
"Tiga tahun lagi."
"Ya udah."
Sera menoleh menatap makhluk tampan dihadapannya, "Ya udah apaan?"
"Ya udah nggak usah nganterin, kan masih tiga tahun lagi. Lanka jemput sekalian lamaran di trotoar ya? Kan udah lulus," ucap Lanka santai.
"LANKA!" teriak Sera kesal.
"Apa? Lanka nggak tuli kok, telinganya juga udah bersih."
"Anterin bego!"
"Ya udah naik aja cantik, motor Lanka dari tadi diem nungguin siapa suruh nggak naik-naik."
Dengan kesal Sera menaiki motor Lanka. Baru saja motor itu hendak melaju, Sera menepuk helm Lanka
“Helm gue mana?” tanya Sera
“Nggak tahu, kan helm Tira bukan helm Lanka.” Jawaban dari Lanka membuat Sera naik pitam, Ia memukul kepala Lanka yang tertutup helm.
“Aww, sakit!” ucap Lanka dengan nada yang dibuat-buat.
“Nanti ditangkap polisi!”
“Salah sendiri nggak pakai helm,” balas Lanka.
Sera kembali mendengus, Ia memutuskan untuk diam. Sera memegangi rambut panjangnya yang bergerak kesana-kemari karena tertiup angin. Sambil sesekali mendumel pelan.
Motor Lanka menepi. Sera menatap Lanka heran, Ia mengamati sekitar ada toko helm kecil, dan pedagang kaki lima di samping mereka.
“Yang warna pink!” seru Sera.