Lanka duduk disebelah Sera. Sera menatapnya tidak tertarik, bisa bayangkan cowok seganteng Lanka didiemin. Ya, itu yang sedang Sera lakukan.
"Tira," panggil Lanka.
"Hm."
Lanka mendengus mendengarnya. Dia mengambil buku yang dibaca oleh Sera, tapi itu tetap tidak membuat Sera mengalihkan pandangannya ke Lanka.
"Tira marah?" tanya Lanka, Sera menggeleng.
Lanka menghela nafas berat, "Cewek kalau bilang 'nggak' pasti ada apa-apa, Tira."
Sera melihat ke arah Lanka. Jangan ditanya seberapa senangnya Lanka saat menatapnya. Lanka memasang senyum terbaiknya di depan Sera.
"Gue nggak bilang 'nggak' tadi, kecuali kali ini." Ucapan Sera membuat senyum Lanka memudar.
Sera berdiri beranjak pergi, sedangkan Lanka sudah membenturkan kepalanya ke meja di depannya.
"Ssst." Peringatan pertama dari penghuni perpus, Lanka menghela nafas. Dia baru saja hendak berdiri, disaat Sera kembali duduk di sebelahnya sambil membawa buku di tangannya.
Lanka tersenyum tetap menatap Sera. Sera membenarkan anak rambut yang mengganggu pandangannya, terutama makhluk disampingnya ini.
"Apa?" tanya Sera, dia tidak mau ditatap.
"Lanka tau, kalau Sera bakal kembali. Bahkan sebelum Lanka nyusul Tira!" seru Lanka.
"Sayang sekali, gue kembali karena gue duluan di sini. Jadi Lo yang harus pergi."
Lanka terdiam setelah mendengar nada dingin Sera. Jujur, Sera tampak seram dan suram jika sedang seperti ini.
"Tira marah?" tanya Lanka
"Nggak."
"Lapar?"
"Nggak."
"Nggak bisa BAB, ya?"
Sea menoleh sambil terkekeh, "Kok tahu?"
"Selain belahan Jiwa, Lanka juga belahan perut Sera kayaknya," ucap Lanka sambil tertawa. Sera ikut tertawa.
"Masa sih? Mana ada yang begitu."
"Nggak ada karena kita belum kenal dulu Sera, sekarang ada. Bukti nyatanya adalah kita, kita belahan jiwa sekaligus belahan perut. Multitasking!"
Sera memukul pundak Lanka sambil tertawa. Yang benar saja, belahan perut? Sungguh itu tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Sera.
"Lo juga nggak bisa BAB?" tanya Sera.
"Nggak sih, tapi, seperti yang Lanka bilang tadi. Kita adalah belahan perut, jadi Lanka juga ngerasain. Terus sengaja nggak BAB biar samaan sama Tira." Lanka tertawa.
"Ssst, " peringat penjaga perpustakaan.
Sera memelankan suaranya, lalu membaca bukunya lagi. Berusaha meredam tawanya, karena jika sudah peringatan ketiga, Sera dan Lanka mungkin diusir dari perpustakaan.
"So, Lanka tanya sekarang. Tira marah sama Lanka?" ucap Lanka pelan.
Sera menggeleng sebagai jawaban, "Gue hargain perasaan kalian berdua. Gue juga nggak mau ada yang tersakiti, walaupun pasti ada yang tersakiti. Gue mau sesuai rencana tuhan aja, Lan," ucap Sera. Lanka menatap Sera kagum.
"Tira," panggil Lanka.