Sera melempar tasnya sembarangan, lalu menyenderkan punggungnya ke sofa. Dia sangat lelah, lelah tertawa, dan lelah baper karena Lanka.
Mama Sera hanya geleng-geleng melihat kelakuan putrinya itu. Dia mengalihkan pandangannya ke kalender, sambil menghitung sesuatu. Sera menatap mamanya heran.
"Bentar lagi ada yang ultah ya, Ma?"
Mama-nya berdecak, "Nggak."
"Terus kenapa lihatin kalender sambil ngitung?"
"Mama ngitung, kalau hari ini kamu udah dianterin pulang sama Nak Alan, kemarin-kemarin kamu kasih bekal, besoknya ada kemah antara kelas kamu dan Nak Alan, terus Kevin dan Nak Alan bakal tanding lusa. Hm, prediksi Mama tanggal kalian jadian itu 23 Agustus," jelas Mama-nya.
Mama Sera yang melihat Sera melongo langsung melambaikan tangannya di depan wajah Sera.
"Kenapa? Kesambet apa kamu?" tanya wanita paruh baya itu, "Oh, lupa. Kan kena virus cinta!! Cie," goda sang Mama.
"Ish, bukan! Maksud Sera tuh, kok Mama bisa memperhitungkan gini sih?! Mendahului kehendak Allah itu musyrik loh, Mah!"
"Astaghfirullah, iya juga."
"Tapi kan Mama dulu jurusan akutansi, menghitung udah makanan Mama tiap hari!" seru Mamanya. Sera mengambil remote didepannya, lalu menyetel channel favoritnya. Tiba-tiba Sera termenung.
"Itu juga alasan Sera nggak jauhin Lanka meskipun tahu Chicka juga suka sama Lanka," lirih Sera.
Mamanya melotot, baru saja akan menceramahi putrinya, seseorang dari arah belakang membuka kemasan Snack dengan gaduh. Membuat pandangan Ibu dan anak itu teralihkan.
"Juga? Wah, berarti misi si Alan berhasil. Dia sudah dapetin hati lo," ujarnya, yang ternyata Kevin. Kevin memakan snack di tangannya.
"Eh? Sejak kapan lo disini?" tanya Sera.
"Gue kan lebih dulu cabut dari sekolah, nggak yang ngobrol sambil pelukan diatas motor," ejek Kevin.
"Sudah Mama duga," ucap Mamanya tersenyum senang. Wanita paruh baya itu menatap tajam Kevin, lalu menjewer telinga keponakannya itu.
"Aww, kok dijewer sih, Tante?!" seru Kevin tidak terima.
"Kamu jagain gebetan kamu! Jangan rebut calon mantu tante, paham?!" sahut sang Mama.
Sera hanya menatap keduanya malas, malas melerai pertengkaran didepannya.
"Iya-iya, paham Tante! Lepasin, orang ganteng kesakitan nih!"
Mama Sera melepas jewerannya dari telinga Kevin, dia beralih menatap Sera yang sedang menaikan kakinya ke atas meja.
Mama Sera menjewer telinga Sera, membuat sang empu menjerit.
"Ini juga, punya anak satu gebetannnya lagi ditikung sahabat sendiri cuman diem!"
"Kan nggak mau musyrik, Ma!"
Mamanya terdiam, "Astaghfirullah."
Mamanya sedikit melonggarkan jewerannya ke Sera. Sesaat dia terdiam, lalu menatap tajam putri satu-satunya itu. Mamanya menjewer telinga Sera lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya.
"Tetep aja Sera Vistira!! Anak Mama yang paling cantik karena-"
"Karena nggak ada anak yang lain," potong Sera.
Kali ini Mamanya juga mencubit perut Sera, membuat Sera memaki dalam hati, "Bagus, memotong pembicaraan orang tua!"
"Astaghfirullah, Mama ... Sakit ih, lepas!"
Mamanya melepas jewerannya, dan cubitannya. Mama Sera mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya. Sera mengelus telinga dan perutnya, tidak peduli dengan Mamanya yang terlihat sedang menghubungi seseorang.