-o0o-
Sera menutup matanya, tidak mau melihat dibalik benda putih yang ternyata hanya sebuah kain. Sera membuka matanya dan terkejut. Di sana ada Lanka yang terbaring lemah, wajahnya pucat, ia tampak kacau.
"Lo!" seru Sera tidak percaya.
"N-nanti d-dulu ngomelnya, ba-bantuin."
Sera membantu Lanka untuk berdiri, ia memapahnya agar bisa duduk di boncengan sepeda miliknya dengan kesusahan.
"Astaghfirullahaladzhim, Lo makan apa aja sih?! Berat!"
Melihat Lanka yang hanya menatapnya dan tidak mampu untuk menjawab, Sera jadi bingung sendiri.
"Ke rumah gue, ya? Deket dari sini." Lanka mengangguk mendengarnya, Sera meletakkannya di boncengan sepeda.
"Peluk gue," ucap Sera.
Sera mengambil tangan Lanka sepihak, lalu melingkarkannya kepada pinggangnya. Cewek berambut panjang itu melajukan sepedanya dengan susah payah.
'Sial, Mama benar. Harusnya gue lebih rajin olahraga, berat banget!" batin Sera.
Napas Sera ngos-ngosan, tapi ia tidak boleh menyerah. Seburuk apapun Lanka memperlakukannya, ia harus berbuat baik. Akhirnya, mereka berdua sudah sampai di rumah Sera. Sera meregangkan ototnya sejenak, tangannya yang lain memegangi Lanka agar tidak ambruk.
"Sini tangan Lo." Sera meraih tangan Lanka, lalu memapahnya lagi.
"Assalammualaikum!"
"Waalaikumsalam, eh anak Mama udah pul–"
Mama Sera menatap putri semata wayangnya bingung, ia bingung kenapa Sera membawa Lanka ke rumahnya.
"Ma, ambilkan kotak P3K. Terus bersihin luka Lanka," ucap Sera.
Mendengar ucapan Sera, mamanya mempunyai sebuah ide brilian. "Kenapa nggak kamu aja?"
"Sera nggak pernah ngobatin luka."
"Jelas! Luka Lo cuman luka mental yang disebabkan oleh perkataan dan perubahan sikap seseorang!" seru Kevin dari arah dapur. Kevin menatap luka di wajah Lanka dengan tatapan datar.
"Jangan kompor! Bantuin bawa temen lo, berat nih!" rengek Sera.
"Iya-iya."
Kevin memapah Lanka yang masih lemas. Sedangkan sang Mama menatap Sera yang hendak pergi dari sana sambil menghembuskan nafas pelan.
"Ser, kamu mau kemana?"
"Ke kamar."
"No, jagain Nak Alan. Nanti Mama ajarin ngobatin orang sakit!"
"Tapi, Sera udah capek bawa dia! Mama aja deh."
"Sekarang!" seru Mamanya yang membuat Sera memutar bola matanya.
Sera kembali menghampiri Lanka yang sedang terduduk di sofa setelah didudukkan oleh Kevin. Sera duduk agak jauh dari Lanka. Mamanya yang melihat hal itu menepuk bahu Sera menyuruhnya lebih dekat dengan Lanka.
"Pertama, bersihin lukanya dulu!" perintah Mamanya.
Sera mengambil kapas, lalu segera membersihkan luka Lanka. Sera membersihkan luka itu dengan sangat hati-hati, karena ini pertama kali dalam hidupnya.
"Sshh," ringis Lanka.
"E-eh maaf," ucap Sera. Tangannya menekan pelan pada luka di dahi Lanka.
"Kedua, kasih obat merah."
Sera mencari-cari obat merah di dalam kotak P3K milik mamanya. Namun, Sera tidak menemukannya. "Kok nggak ada?" tanya Sera.
"Wahai penghuni rumah, jangan biarkan Sera menemukan obat merah. Amin," ucal Kevin.
Sera menatap sebal ke arah Kevin, ia kembali menatap luka di dahi Lanka, namun tanpa sadar matanya bertemu dengan mata milik Lanka. Mereka mungkin akan bertatapan selama 3 jam, jika Kevin tidak menyoraki mereka.
"Maaf," ucap Sera.
"Nih," ucap Kevin sambil menyodorkan obat merah ke depan wajah Sera. Sera menatap tajam ke arah Kevin.