"Vin," ucap Sera, ia mulai muak.
Kevin masih saja mengomel dan terus mengekor dibelakang Sera.
"VIN!!" teriak Sera.
Langkah kaki Kevin terhenti. Kevin menatap tanpa dosa ke arah Sera. "Apa?" tanyanya.
"Apanya yang apa?! Lo tuh yang kenapa? Dari pagi ngikutin mulu."
"Heh, emangnya siapa yang bikin pacar gue mati penasaran sampai nggak tidur semalaman?!"
"Innalillahi, Jing udah mati?" tanya Sera.
Kevin melotot, ia memukul kepala Sera dengan sangat keras. Bahkan murid-murid disekitar mereka menoleh.
"Heh! Dasar biadab!" seru Sera.
"Mangkanya jangan ngomong sembarangan."
Sera menunjuk ke dirinya sendiri, "Gue ngomong sembarangan?"
Kevin mengangguk takzim.
Baru saja Sera ingin membuka mulut, Jingga sudah berada di antara mereka. Membuat Sera sedikit terlonjak kaget, bukan hanya karena Jingga yang tiba-tiba muncul, tapi karena lingkaran hitam di bawah mata Jingga.
"Halo," sapa Jingga.
"Dia tuh Jing, masa dia bilang lu mati penasaran. Pas gue bilang innalillahi, dia mukul gue. Sakit tau!" adu Sera kepada Jingga.
Jingga menoyor kepala Sera, hal itu membuat Sera sedikit terhuyung ke samping.
"LO KOK GIT-"
"Itu perumpamaan Sera! Lo bikin gue nggak tidur semalem karena penasaran," ucap Jingga, ia menoleh ke arah Kevin. "Kamu juga!"
pletak
"Aww!" ringis Kevin.
"Disuruh nemenin bobo, malah tidur duluan. Aku teriakin tetep nggak bangun, Aku sampai di teriakin balik sama tetangga tahu!"
"Maaf ya." ucap Kevin. Ia menyesal.
"Pasti Lo teriakin gini 'TOMPEL MIPER, BANGUN!', kan?" tanya Sera.
Jingga menggeleng.
"Lalu?" tanya Sera dan Kevin bersamaan.
"Gini nih ... Ekhem." Jingga berdehem untuk pemanasan suara. Sekilas ia melirik Ima yang juga melirik ke arahnya. "SAYANGKU, CINTAKU, HIDUPKU, IMAMKU,KEVINKU, SHARANGHAE MUACH!" teriak Jingga sangat keras.
"Jangan bohong kamu, kalau dipanggil kayak begitu Aku pasti bangun." Kevin mencubit pipi Jingga, gemas.
"Twapi tha-thamu ndak bwangun," ucap Jingga persis seperti anak kecil.
Tidak hanya mencubit, Kevin mulai mencium pipi Jingga. Mereka menghiraukan Sera, dan sejumlah murid SMA Dirgatra yang memperhatikan.
"AWW!" pekik salah satu siswi.
"Ih, imut!" tmpal yang lain.
"Nelan muntah sendiri haram nggak sih?" tanya Sera tiba-tiba. Semua mata tertuju padanya.
"Nggak bisa lihat orang seneng," ucap Kevin.
"Entah, dasar jomblo," ucap Jingga.
"Minggir!" teriak Sera kepada segerombolan orang di belakangnya. Ia segera melangkahkan kaki menuju ke kelasnya.
"Seenaknya aja mereka, yang deketin mereka juga gue," dumel Sera.
"Ser!" panggil seseorang.
Sera menoleh, yang memanggilnya tadi adalah Chicka. Di sebelahnya ada Lanka yang sedang mengapit biskuit stik panjang dengan mulutnya.
"Kami lagi main, Lo tahu kan ini maina-"
"Brisik! Kalau nggak mau lidah Lo nyentuh aspal mending diem," ucap Sera.
"Ah, Jangan gitu dong! Dewi kematian nggak seru amat sih," ejek Chicka. "Lanka-ku milih dare dan dapat benda ini, jadi Lo tahu lah kelanjutannya. Doain bibir gue nggak sobek setelah dicium ya?"
"Persetan." Sera melambaikan tangannya tidak tertarik.