Di rumah sakit, kegilaannya semakin menjadi. Perawat bahkan sampai mengikatnya, dan menyuntikkan obat penenang, untuk menghentikan tingkah aneh Edwin. Keluarganya dibuat malu dengan ulahnya hari ini. Istri dan beberapa saudara Edwin meminta maaf kepada Perawat rumah sakit, dan beberapa karyawan yang ikut mengantar.
Entah setan apa yang menghasutnya, malam itu juga, Edwin kabur dari kamar rumah sakit. Ia berhasil melewati keluarganya yang sudah tidur, kemudian keluar dari rumah sakit tanpa seorangpun yang curiga. Kemudian ia naik angkutan umum, menuju ke gedung kantornya. Kaos yang ia kenakan sebagai pengganti kemeja kerjanya yang robek dan penuh darah siang tadi, benar-benar membuat orang tidak mencurigai bahwa ia seorang pasien.
Edwin nampak cukup tenang ketika berada di angkutan umum, ia seperti orang waras, sehingga tidak ada orang yang mencurigai. Namun ketenangannya buyar, ketika ia sampai di depan gedungnya. Edwin tidak dapat mengendalikan hasrat penasarannya untuk masuk ke lantai 4, tangannya gemetar, matanya melotot, dan nafasnya begitu cepat. Ia seperti seekor singa yang sedang lapar. Segera Edwin berlari kencang, melompat pagar gedung. Kebetulan sekali, ia belum sanggup menyewa satpam penjaga dan alarm keamanan untuk gedung barunya itu. Edwin lalu masuk kedalam gedung dengan memecahkan salah satu pintu kaca, dengan tangan dan kepalanya. Tentu badannya akhirnya dipenuhi luka goresan kaca, sama seperti siang tadi.