"Kamu nggak undang tamu luar untuk pengisi acara minggu depan?"
"Eko, please, bukan kah HMJ Penyiaran punya pengisi acara sendiri?" Azam menggerakan alisnya naik turun, membuat pria di depannya menggelengkan kepalanya.
"Jangan bilang kamu yang jadi pengisi acara?"
"Lebih dekat bersama HMJ Penyiaran." Azam menepuk bahu kanan Eko. "Dari tema acara saja sudah jelas kalau kedekatan yang terjalin karena ada unsur kesamaan lebih meyakinkan individu. Jadi lebih baik pengisi acaranya dari orang penyiaran sendiri 'kan?"
Eko menyingkirkan tangan Azam di bahunya. "Iya. Azam seorang multi talenta di dunia penyiaran, tapi masak kamu nggak kasihan sih?"
" Kasihan? Emangnya kenapa? Kan aku nggak kasih mereka tugas berat atau hukuman."
Menarik napas panjang, Eko mengembuskan secara kasar. "Tiga tahun berturut, Azam. Mulai dari MC, nasyid hiburan, narasumber acara, doa, selalu kamu yang ambil alih. Kasih kesempatan untuk junior kita juga, sudah saatnya mereka berkarya dan mengganti posisi kamu."
Azam memicingkan alisnya sebelah. "Tunggu deh, kayaknya ada kesalahpahaman di sini." Pria berkumis tipis itu menarik sebuah proposal acara yang tercetak di tahun 2018.
"Kamu lihat nih, acara seminar berkah Ramadhan 2018. Aku bahkan nggak ikut andil sama sekali di acara ini." Azam menunjuk halaman yang tertera nama-nama panitia acara.
"Duduk dulu deh, Eko. Kayaknya kamu lelah ya habis bimbingan sama Bu Muzaiyanah?" titah Azam pun Eko lakukan.
"Bukannya aku egois mau mengambil alih semuanya, Eko. Tapi kamu tahu kan posisi aku di sini sebagai ketua BEM fakultas, sudah sepatutnya aku memberi contoh kepada mereka. Secara teori junior kita sudah mendapatkan ilmu dari dosen pengajar, dan aku memberikan praktiknya."
"Tapi kan ini acara jurusan, Azam. Seluruh angkatan ikut dalam acara ini. Pasti lebih bergengsi jika kita bisa mengundang tamu luar." Eko menyangkal penjelasan Azam.
"Tamu luar belum tentu memberikan seperti apa yang kita berikan. Setidaknya kita sudah lebih dulu mendapat materi perkuliahan penyiaran, dan itu akan membantu adik tingkat kita memahami semuanya." Azam dengan serius menjelaskan semua kepada Eko.
Azam tahu bahwa wakilnya itu masih terlihat bingung dengan semua penjelasan yang dipaparkan. "Gini deh biar lebih jelas. Selama ini selain acara dari HMJ, aku sudah bagi-bagi tugas sama kalian dan juga junior kita. Tapi-"
Belum selesai Azam menjelaskan Eko malah memotong perkataan teman satu kelasnya.
"Tapi, kamu seneng kan setiap cewek-cewek manggil nama kamu, Maaaaas Azaaaaam." Eko tertawa dengan lepas setelah meniru teriakan kecil cewek-cewek di kampus.
"Ya ampuuun, jangan inget itu juga kali."
Wajah Azam kini memerah. Ia tidak pernah lupa sama sekali tentang hal itu. Berada di tengah himpunan mahasiswi yang berteriak menyerukan namanya, membuat Azam seperti terbang ke awan. Senyumnya merekah indah, membuat kedua matanya kini menyipit.
Semua orang mengenalnya, menyerukan nama, dan mengagumi sosok Azam. Tapi itu tidak membuatnya sombong, ia justru memanfaatkan kelebihan yang dimiliki.