Lantun Cinta Usaid

elinaqueera
Chapter #3

Part 3 - Kecewa

"Kamu beneran nggak tahu Nadira ini anaknya yang mana?" tanya Azam membuat Eko mengangguk.

"Iya, Azam. Kalau aku tahu, nggak mungkin tanya kamu lagi," jawab Eko.

"Kok bisa HMJ Penyiaran nggak punya data tentang mahasiswanya?" Azam kembali mengecek file dengan nama penyiaran 2017.

"Tuh liat datanya." Azam menggeser laptop agar bisa dilihat Eko, "Cuma ada nama sama tahun angkatan, nggak ada nomor handphone. Gimana kita mau konfirmasi supaya dia ikut?"

"Namanyanya juga manusia, kan nggak luput dari kesalahan. Mungkin kakak tingkat kita lupa tanya nomor kontak Nadira. Atau Nadira terburu-buru dan nggak sempat catat nomor."

Sebenarnya analisa yang dipaparkan Eko masuk akal. Tapi Azam tidak peduli akan penjelasannya. Ia merasa gelisah, khawatir acara tidak akan berjalan dengan sukses jika ada mahasiswa yang tidak hadir.

"Lagian cuma Nadira yang nggak ada kontaknya, empat mahasiswa yang lain udah konfirmasi dan menyatakan ikut. Nggak masalah kan kalau satu mahasiswa nggak ikut, lagian acara tetap akan berjalan tanpa dia," papar Eko mengambil kesimpulan.

Alih-alih setuju dengan kesimpulan wakilnya, Azam justru berdiri dari tempat duduk. Ia tidak ingin menyesal dan merasa bersalah karena menzalimi seseorang.

"Mau ke mana, Zam? Ini udah selesai 'kan bahas peserta acara?" tanya Eko saat melihat Azam berjalan.

Azam menoleh ke arah Eko. Ekspresi Azam terlihat panik, alisnya berkerut tanda jika ia habis berpikir keras. "Aku mau ke TU. Urusan peserta belum clear, nanti kita bahas lagi."

Pria itu berlalu meninggalkan Eko. "Heran deh, apa salahnya coba? Lagian kan cuma satu orang lho, SATU," gerutu Eko dengan penekanan di akhir kata.

"Satu itu bermakna, Eko. Ini acara mahasiswa Penyiaran, kalau ada yang tidak ikut, sama saja kita panitia berbuat zalim ke dia."

Eko kaget bukan kepalang. Bagaimana pria berkulit putih itu bisa mendengar perkataannya barusan. Padahal jelas sekali ia mengucapkan dengan nada pelan.

"Jangan lupa, ini acara untuk semua mahasiswa Penyiaran. Kita harus pastikan semuanya ikut." Azam mengambil ponselnya yang tertinggal di atas meja sekretariat BEM.

Bola mata Eko terus mengiring ke mana Azam bergerak. Mulutnya terkunci karena masih kaget dengan kedatangan Azam yang tiba-tiba.

"Semua laporan boleh kamu print out kecuali nama peserta."

Kini Azam benar-benar pergi. Eko segera melanjutkan tugasnya, mengingat acara akan berlangsung dalam tiga hari lagi.

Lima belas menit Azam menunggu di lobi TU, Bu Seli pun ke luar dari ruangan dan menemuinya. "Ini datanya, Azam."

Selembar kertas disodorkan Bu Seli kepada Azam. Sebelum Azam berhasil meraih, wanita yang menjabat sebagai staf kepegawaian di TU melontarkan pertanyaan.

"Emang ada apa dengan Nadira?"

"Nggak apa-apa kok, Bu. Ada urusan yang mau diselesaikan." Azam tersenyum menjawab pertanyaan. Perasaannya menjadi lega, tergambar dari raut wajah yang tampak semringah.

Bu Seli mengangguk. Ada hal tersirat yang ia tangkap dari raut wajah Azam saat ini. "Oh begitu ya, sepertinya Ibu tahu urusan kamu. Semoga sukses urusannya, Azam."

Lihat selengkapnya