Gerakan tangan Paman Momon terhenti karena kakinya digigit oleh Paman Wicak dan berteriak, “Aarrgghh!”
Ya, Paman Wicak yang duduk di dekat Mila akhirnya ikut bergerak.
Paman Momon yang kesal pun menendang tubuh Paman Wicak. “Kurang ajar!”
Namun, Paman Wicak justru memegangi erat kaki Paman Momon tidak mau lepas.
Mila juga berusaha melepas pegangan tangan Paman Momon di tangannya. “Lepas-lepas!”
Lantas, ekspresinya berubah seketika terpikirkan sesuatu. Mila tiba-tiba saja punya ide.
BUK!
Tubuh Paman Wicak sudah berhasil tertendang, saat itulah, Mila yang kesal langsung menggigit tangan Paman Momon. “Rasakan ini!”
“Aarrgghh!” teriak Paman Momon lagi, reflek menarik tangannya menjauh, mengibas-ngibaskannya.
Mila kemudian menunduk, mau membantu Paman Wicak menjauh.
Sayangnya, Paman Momon lebih dulu mengayunkan senjata tajamnya, “Dasar perempuan -”
PAK!
Tangan Paman Momon dihalau oleh seseorang, membuatnya menoleh.
“Jangan sentuh mereka!” sergah Agra sambil mencengkram pergelangan tangan Paman Momon.
Tadi, Agra yang mendengar teriakan Mila berusaha keras bangkit untuk menolong gadis itu.
“Oh, masih kuat berdiri ternyata?” ucap Paman Momon sambil mencoba menarik tangannya tapi tidak bisa.
Pergelangan tangannya bahkan sudah terlihat membiru karena Agra mencengkramnya dengan erat sekali.
Akhirnya, Paman Momon menjatuhkan senjata tajam di cengkraman tangan Agra dan meraihnya dengan tangan satu lagi.
“Mati kau!” kata Paman Momon sambil menggerakkan tangan kirinya, hendak menusuk Agra.
“Tidak…!” teriak Mila histeris.
SLUB!
Gerakan senjata tajam itu terhenti karena Agra justru mencengkramnya dengan sela-sela jarinya.
Melihat darah menetes ke lantai Mila seketika menatap khawatir ke arah wajah Agra.
Namun, Agra justru tidak berpaling sedikit pun dari menatap wajah Paman Momon nanar. “Tidak akan kubiarkan kau menyakiti mereka!”
Paman Momon saja sampai heran melihat Agra seolah tidak merasakan sakit, padahal tangannya berdarah-darah.
Ia tertegun dan Agra memanfaatkannya dengan menggerakkan kepalanya menabrak kepala Paman Momon.
“Aarrgghh!” keluh Paman Momon kesakitan.
Senjata tajamnya sudah terjatuh, ia bahkan sudah berjalan mundur memegangi dahinya yang berdarah.
Agra juga sama, ia bahkan sudah terhuyung, tenaganya habis ditambah kepalanya sakit karena menyerang Paman Momon tadi.
Ketika tubuh Agra akan terjatuh, Mila menangkapnya, “Gra? Gra?!”
Mila sampai ikut terduduk di lantai menyangka tubuh Agra.
Melihat darah di dahi Agra, Mila menangis. Gadis itu seolah merasakan rasa sakitnya juga.
Paman Momon menatap darah di telapak tangannya, mengepalkan tangan begitu marah. “Kurang ajar!”
Laki-laki itu bergerak menuju mereka dengan ekspresi penuh amarah. Mila pun memeluk Agra, mencoba melindunginya sambil ketakutan juga.
“BERHENTI DI TEMPAT!” teriakan terdengar dari arah pintu menghentikan gerakan Paman Momon seketika.
Mila menoleh, ternyata ada dua petugas kepolisian yang sudah mengarahkan senjata laras pendek ke arah Paman Momon.