Lara Kama; Kisah Anggrek Bulan dan Tuan Sepatu Cokelat

Dhea FB
Chapter #1

Menarik Perahu

Menarik Perahu

Oleh Majalah Kana

Di suatu hari yang terik, ada seorang anak perempuan sedang menangis. Anak itu bernama Bulan. Bulan sedang menangis di tengah hutan karena takut. Ia takut tidak bisa kembali ke rumahnya karena tersesat di dalam hutan. Sekelilingnya hanya ada pepohonan besar berdaun lebar. Tanah yang diinjaknya agak basah, hingga setiap langkah membuat sepatu putihnya jadi kotor. Bulan sudah berjalan sangat lama, mencari jalan keluar dari hutan. Tapi ia tidak juga menemukannya. Langkah kakinya selalu membawa ia kembali ke tempat awal, hingga rasanya ia hanya memutari tempat itu tanpa pernah pergi kemana-mana.

Setelah cukup lama duduk di sebuah batu besar dan menangis, seekor Capung yang sedang terbang mendengar tangisan Bulan, lalu menghampirinya.

“Halo anak kecil. Sedang apa kamu di sini?” tanya Capung.

Bulan tidak menjawab pertanyaan Capung itu. Bahkan mungkin, Bulan sama sekali tidak mendengar Capung bertanya padanya. Tapi, Capung tidak mudah putus asa. Ia bertanya lagi pada Bulan,

“Apa kamu tersesat?” tanya Capung lagi.

Saat itu, matahari sudah hampir hilang dari langit. Awan gelap mulai berdatangan, dan Bulan semakin takut karena tersesat di hutan lebat yang gelap. Tapi Capung masih setia berada di dekatnya, dan terus bertanya kepada Bulan,

“Kamu hendak pulang ke mana?”

Pertanyaan ketiga dari Capung akhirnya menarik perhatian Bulan untuk menjawabnya,

“Rumahku sangat jauh dari sini. Aku bahkan tidak ingat letaknya di mana.” Kata Bulan sambil masih bersedih.

“Kalau kamu mau, aku bisa bantu cari jalan keluar dari hutan ini.”

“Bagaimana caranya? Kamu hanya seekor Capung kecil.”

“Tentu saja dengan terbang. Biarpun kecil, aku ini punya sayap.” Ujar Capung sambil tersenyum.

Capung tidak merasa rendah diri karena perkataan Bulan. Ia malah berusaha untuk terus menghibur Bulan agar tidak lagi bersedih. Bagaimana caranya? Tentu dengan berusaha mengajaknya keluar dari hutan, bahkan mengantarnya sampai ke rumah kalau bisa.

“Apa kamu bisa melihat rumahku dari atas langit?” Bulan bertanya penuh harapan.

“Seperti apa bentuk rumahmu itu?”

“Rumahku memiliki atap paling gelap dari atap rumah lain. Rumahku tidak ditutupi taburan bintang saat malam, karena meskipun atapnya gelap, rumahku memiliki cahaya paling terang di dalamnya.”

“Baik, aku akan mencarikannya untukmu. Tapi, apa kamu tidak apa-apa menunggu di sini sendirian?”

“Aku takut.” Bulan kembali bersedih. “Bisakah kamu mencari rumahku tanpa meninggalkanku?”

Lihat selengkapnya