“Nenek Poppuri memiliki seorang teman. Teman jauh yang punya kebun teh luas sekali. Aku dan Lara memanggil teman nenek itu Tuan Haki. Kebun teh yang dimiliki Tuan Haki tidak untuk diperjual-belikan. Tuan Haki memiliki kebun teh itu untuk membagikan hasil pucuk teh terbaiknya pada teman-teman seperti Nenek Poppuri, anak-cucu, dan yayasan panti asuhan milik anaknya.
Meski rumah nenek dan Tuan Haki berjarak jauh, Tuan Haki rutin berkunjung ke rumah nenek. Bahkan kadang beliau datang hanya untuk memberikan sekotak penuh teh siap seduh, lalu pergi lagi. Tanpa mampir.
Aku cukup mengenal Tuan Haki, karena sejak kecil kami sering bertemu. bahkan sejak Nenek Poppuri meninggal, Tuan Haki masih sering mengunjungiku. Lebih sering daripada Nyonya Erna.
Pernah suatu hari, saat aku dan Lara masih sangat kecil, Tuan Haki mengajari kami cara membuat Teh Poci dengan gaya khasnya. Pertama, Tuan Haki mengambil air bersih dari gentong besar di dapur rumah nenek untuk dituangkannya ke dalam sebuah ketel air lalu memasaknya. Sambil menunggu air mendidih, Tuan Haki menyiapkan satu set poci kosong yang terdiri dari satu buah teko dan empat buah cangkir yang masing-masing dari mereka semua terbuat dari tanah liat. Tak lupa Tuan Haki juga menyiapkan beberapa buah gula batu di dalam sebuah mangkuk yang juga terbuat dari tanah liat. Set teh poci itu terlihat antik dan serasi, sangat cocok dengan selera Lara.
Saat air dalam ketel sudah mendidih, Tuan Haki mengambil sebuah kantung berisi daun teh siap seduh dari kebun miliknya. Ia menuangkan satu kantung teh itu ke dalam teko, lalu menyiramnya dengan air panas dari ketel. Tuan Haki kemudian menutup teko dari tanah liat itu dengan tutup yang juga terbuat dari tanah liat.
Lara kemudian mengambil dua buah gula batu dan memasukkannya ke dalam cangkir miliknya. Tuan Haki dengan hati-hati menuangkan teh yang masih mengepul panas ke dalam cangkir milik Lara. Akhirnya, pelajaran teh sore itu berhasil. Oh tentu aku juga kebagian secangkir teh itu,
Sejak itu, teh poci menjadi satu-satunya teh yang punya peringkat di dalam hati Lara. Ia sangat menghargai teh poci lebih dari minuman apapun. Ia tidak akan meminum teh poci di sembarang tempat. Baginya, teh poci adalah barang istimewa yang hanya boleh dikeluarkan di waktu-waktu yang istimewa juga.
Aku tidak tahu Lara menceritakan hal ini padamu atau tidak. Tapi suguhan teh poci darimu membuatku ingat pada Lara. Bagiku, setiap inci di dalam rumah ini adalah Lara. Kamu begitu jatuh cinta, Kama. Tapi Lara sudah melampaui batas ‘begitu’ milikmu. Bila diibaratkan cintamu setinggi langit, maka cinta Lara setinggi galaksi. Lara sudah melampaui batas terlalu, hingga ia harus berlalu.”
“Kamu tau, Sa? Hal paling tidak masuk akal yang kamu ceritakan pada saya adalah saat ini. Pertama kamu bilang Lara rindu saya, lalu kamu bilang dia telah dijodohkan dengan Thomas, selanjutnya lagi kamu bilang dia minta diselamatkan, dan sekarang kamu bilang dia ingin meninggalkan saya karena saya tidak pernah menyatakan cinta atau meresmikan hubungan kami? Bagian terakhir yang saya sebutkan adalah yang paling tidak masuk akal karena, apa serumit itu jalan pikiran Lara? Apa dia seegois itu sampai tidak mau bicara lebih dulu dan malah menyalahkan saya atas ekspektasinya sendiri?”
“Justru itu bagian paling pentingnya, Kama. Coba kamu pikir-pikir lagi.” Aku berusaha membuat otak Kama bekerja. Mungkin terlalu keras, tapi dia harus bisa paham dengan sendirinya.