Ah, saat yang kutunggu-tunggu mungkin akan segera tiba. Aku telah mengirim pesan singkat kepada Kama. Di dalam pesan itu kutuliskan bahwa Lara sedang sangat membutuhkan bantuan. Tentu pesanku tidak hanya satu, perlu berkali-kali kami saling balas karena pada awalnya Kama menolak dengan keras. Dia masih tetap pada pendiriannya yang tidak ingin mengganggu urusan keluarga Lara. Kalau sudah dijodohkan, ya saya bisa apa? Itulah pikiran pengecut dari seorang pria bersepatu cokelat yang selalu Lara agung-agungkan. Tapi jujur, akupun tidak tahu harus minta bantuan siapa lagi selain dirinya. Keberanian Kama yang bisa secepat itu berubah fikiran adalah apa yang kemudian kupertimbangkan untuk memberi restuku pada Lara. Kuharap, jika mereka masih saling mencintai, akhir cerita ini akan bertuliskan Lara dan Kama menikah dan hidup bahagia selamanya.
Namun, kita belum sampai di akhir cerita. Menurutku, alasan Kama akhirnya berubah fikiran adalah karena percakapannya dengan Tuan Haki di telepon. Aku yang meminta Tuan Haki untuk bicara dengan Kama karena aku sudah sangat kesulitan untuk meyakinkannya.
“Jadi, Kama?”
“Ya, saya sendiri. Dan dengan siapa saya bicara?”
“Oh, ya, saya Haki. Kamu bisa panggil saya Tuan Haki seperti yang selalu Lara dan Sarah ucapkan. Sebelumnya saya minta maaf karena harus bicara denganmu ditelepon, terlebih lagi menggunakan telepon Sarah.”
“Tidak apa, Tuan. Saya rasa keadaannya sangat mendesak jika sampai harus seperti itu.”
“Tentu Kama. Tentu.” Nada bicara Tuan Haki mulai serius. Ia sempat melirik ke arahku sebelum melanjutkan bicaranya. “Seperti yang mungkin sudah Sarah jelaskan padamu, ini tentang Lara. Kami sangat membutuhkan bantuanmu, karena tidak ada lagi yang bisa kami mintai bantuan sebagai saksi dari seorang yang mengenal Lara di Kota Besar. Kami hanya tahu Kamu.”
“Tapi Tuan, saya minta maaf sebelumnya. Saya tidak yakin bisa membantu Lara karena saya bahkan tidak yakin Lara masih mau bertemu dengan Saya. Sekiranya Sarah sudah menceritakan seperti apa rupa perpisahan kami. Saya tidak ingin dikenang buruk oleh Lara bila sampai harus menggagalkan pernikahannya.”
“Tidak Kama. Kami sangat menjamin kalau kami tidak akan menggagalkan pernikahannya, jika itu memang menjadi kekhawatiranmu. Satu-satunya yang kami inginkan adalah perdamaian Lara dengan ibunya, Erna. Kami hanya ingin mencegahnya pergi ke Hawaii. Kami hanya ingin meyakinkannya untuk tidak melarikan diri dari masalah.” Tuan Haki kembali melirikku. Kali ini dengan tatapan minta penilaian. Aku hanya membalas dengan anggukan, berarti menyetujui semua perkataan Tuan Haki.
“Kama...” Tuan Haki melanjutkan bicaranya. “Apa kamu kira urusanmu dengan Lara juga sudah selesai? Apa kamu ingin hubungan kalian berakhir gantung seperti ini? Berpisah sepihak? Apa kamu telah menyetujui perpisahanmu dengan Lara yang bahkan belum sempat dimulai? Meskipun dia hendak menikah, kurasa akan lebih bijaksana kalian mengikhlaskan perasaan satu sama lain terlebih dahulu, agar tidak ada sesal nantinya.”
Entah apa yang dipikirkan suara di sebrang sana sebelum akhirnya Kama berkata, “Saya akan berangkat segera. Tuan bisa kirimkan alamat ke mana saya harus pergi.”