Lara Kama; Kisah Anggrek Bulan dan Tuan Sepatu Cokelat

Dhea FB
Chapter #23

BAB VI

Jika kalian bertanya-tanya kenapa kami sangat peduli pada Lara, jawabannya adalah karena kami sangat menyayanginya. Aku yang sudah bersahabat lama dengan Lara tidak ingin terus-terusan melihat Lara harus mengikuti semua keinginan Nyonya Erna dan mengabaikan kebahagiaannya sendiri. Aku tidak ingin Lara jadi terkurung oleh paksaan dari luar yang kemudian dia balut dengan rasa takut akan kehilangan orang yang ia sayang. Aku tidak ingin Lara menyerah seperti itu, menyakiti dirinya seperti itu.

Tuan Haki, seorang yang juga sudah mengenal Lara sejak kecil, seorang yang mengetahui rahasia besar nenek, seorang yang sudah seperti keluarga, juga menyayangi Lara yang begitu lembut hatinya dalam menyayangi nenek. Tuan Haki sangat perhatian pada Lara, seolah Lara adalah anaknya sendiri. Juga, sebagai orang kepercayaan nenek, Tuan Haki tidak ingin mengabaikan pesan terakhir nenek begitu saja. Tuan Haki begitu peduli pada keluarga Nenek Poppuri sejak pertemuan pertamanya dengan nenek, saat nenek begitu memuji teh hijau buatannya yang dirasa mampu membuat tubuh nenek terasa lebih baik.

Sementara Kama, seorang pria yang mencintai Lara sampai rumah, yang begitu pasrah menerima apapun keputusan Lara tapi kemudian menderita sendirian di rumah, kini mulai membangkitkan keberaniannya untuk membuat Lara tidak menderita. Kama merasa itulah cara terakhirnya untuk bisa melepas Lara dengan ikhlas dan tenang. Inilah cara terakhirnya untuk membuat Lara tersenyum kembali saat melihat bulan berpelangi, atau saat menonton bioskop dan menyimpan sobekan tiketnya tanpa tangis. Bagi Kama, jika Lara benar-benar ingin pergi, setidaknya ia harus pergi dengan bahagia dan bukannya karena ingin menghindar.

Kami memiliki alasan masing-masing yang bermuara pada kolam yang sama. Oleh karena itu, rencana pertama kami adalah:

“Tuan Haki akan menemui Lara dan memberikan pesan titipan nenek kepadanya,” aku menjelaskan, “Surat itu berisi pesan nenek kepada cucunya yang akan menikah, tentang pria seperti apa yang harus dinikahi Lara dan sebagainya. Tapi, ada satu hal lagi di dalam surat itu yang sepertinya akan sangat mengguncang Lara.”

“Apa itu?” Kama penasaran.

“Kenyataan bahwa ternyata nenek meninggal karena sakit.”

“Bukankah memang begitu? Kamu pernah bilang nenek sempat tidak sadar sebelum meninggal.”

“Bukan...bukan, Kama. Bukan sakit yang itu. Jauh sebelum itu, nenek memang sudah sakit tapi enggan dan sangat menentang untuk mendapat pengobatan dari dokter. Kemudian, salah seorang kenalan nenek memberitahu keberadaan Tuan Haki, pemilik kebun teh yang sering membagikan teh secara cuma-cuma kepada orang terdekatnya...”

“Haha kamu berlebihan Sarah, dan itu tidak terlalu penting untuk dijelaskan.” Tuan Haki menyela penjelasanku. Padahal tidak ada salahnya Kama mengetahui sifat dermawan dalam dirinya.

Lihat selengkapnya