Lara Kama; Kisah Anggrek Bulan dan Tuan Sepatu Cokelat

Dhea FB
Chapter #24

BAB VII

Hari ini Selasa, pukul 8 pagi. Aku mengirim pesan kepada Lara bahwa aku akan mengundang dia dan Tuan Haki untuk makan siang di rumahku hari ini. Lara sudah lama tidak bertemu dengan Tuan Haki, sehingga tanpa perlu basa-basi lagi ia menyetujui undanganku dengan balasan akan datang sekitar pukul 11 siang nanti. Lara juga berkata bahwa dirinya akan menyumbang beberapa kudapan sebagai teman minum teh nanti, karena sepengetahuan Lara, jika Tuan Haki datang berkunjung, itu artinya kami akan minum teh bersama.

Aku sengaja tidak mengungkit soal Kama di dalam pesanku untuk Lara. Lara juga tidak bertanya, mungkin karena satu-dua alasan yang tidak kutahu itu apa. Kupikir tak apa juga jika Lara tidak menanyakan hasil dari pertemuanku dengannya, toh Lara memang tidak pernah memintaku secara langsung untuk membawa Kama kemari dan menjadi pahlawan yang akan menyelamatkannya. Lara hanya memintaku menyampaikan cerita pada Kama, dan selesai. Adapun semua drama yang terjadi setelahnya sama sekali tidak pernah diduga oleh Lara akan benar-benar terjadi, meski kutahu di dalam hati kecilnya, Lara benar-benar berharap Kama mengerti maksudnya mengutusku untuk menyampaikan cerita pada Kama adalah sebuah kode penyelamatan. Keberangkatannya ke Hawaii tinggal beberapa hari lagi, begitu juga pernikahannya dengan Thomas, tinggal sebentar lagi. Tentu Lara telah mencoba melupakan Kama bersamaan dengan cerita yang dia berikan padaku, karena dalam beberapa hari lagi dia akan menikah dengan pria lain.

Semalam, Tuan Haki dan Kama menginap di rumah Nenek Poppuri. Pagi ini, mereka datang ke rumahku sebagai bala bantuan yang akan mengatur tata meja dan memotong beberapa bahan makanan untuk aku masak. Mereka sigap dan cekatan membantu urusanku dalam membersihkan dan menata rumah, juga dalam hal memasak meski sebenarnya tidak akan ada banyak menu makanan yang kumasak.

Pukul 10.05, meja makan kecil di dekat dapur telah diselimuti taplak kain berwarna krem yang memiliki renda bunga berwarna putih di sekeliling sisinya. Di atas meja juga sudah ditata tiga buah piring putih, sendok dan garpu di masing-masing sisi kanan dan kiri piring, dan gelas kaca kosong yang berdiri tinggi di samping atas masing-masing sendok. Tiga set alat makan itu telah siap untuk nanti digunakan olehku, Tuan Haki, dan Lara. Ya, hanya kami bertiga, karena seperti rencana pertama, Kama akan hadir sebagai pahlawan sampai pesan titipan nenek itu dibaca oleh Lara.

“Kurasa sudah cukup untukmu, Kama. Kamu harus bersiap pergi sebelum Lara datang atau berpapasan dengannya di jalan.” Aku memaksanya untuk berhenti membantu.

“Benarkah? Tidak ada yang perlu saya bantu lagi?”

“Benar, Kama. Pergilah.” Tuan Haki muncul dari ruang tengah sambil membawa vas bunga berisi beberapa tangkai mawar yang durinya sudah diluruhkan.

“Baiklah.” Kama berhenti mengelap sebuah piring lebar yang kusiapkan untuk menampung kudapan dari Lara nanti. “Sebelumnya, ijinkan saya yang menaruh ini, Tuan.” Kama mengambil vas bunga yang semula dipegang Tuan Haki, lalu menaruhnya di tengah-tengah meja makan yang masih kosong. “Sekarang sudah benar-benar selesai untuk saya tinggalkan.” Ucap Kama dengan raut wajah puas. Meja makan itu memang ditata olehnya sendiri, termasuk pemilihan taplak yang dia tentukan sendiri saat aku menawarinya beberapa pilihan dari rumahku maupun rumah Nenek Poppuri. Dan jika Lara begitu jeli untuk melihat, ia pasti akan sadar bahwa taplak meja itu bukan hanya milik Nenek Poppuri, tapi juga sesuai dengan selera Kama yang juga seleranya.

Pukul 10.30, Kama sudah meninggalkan rumahku. Dia juga membawa pergi barang-barangnya dari rumah Nenek Poppuri, agar tidak ada jejak fisiknya yang berkemungkinan dilihat oleh Lara. Kehadirannya nanti harus sealami mungkin. Bahkan aku dan Tuan Haki juga tidak tahu dia akan pergi ke mana. Kami hanya memberi beberapa rekomendasi tempat untuknya bernaung selama Lara ada di sini. Dan, tepat pukul 11.00, Lara mengetuk pintu depan rumahku.

“Biar aku yang membukakan pintunya,” Tuan Haki dengan sigap bangkit dari duduknya, hendak menyambut Lara, “Selamat datang!” ia berseru sambil membuka pintu. Kemudian Lara membalas dengan wajah sumringah yang sangat kukenal dulu – ia bahagia bertemu Tuan Haki.

“Tuan!” seketika tangan kecilnya meraih tubuh Tuan Haki dan mereka berpelukan sebentar. “Aku sangat rindu pada Tuan. Bagaimana kabar Tuan?”

Lihat selengkapnya