Waktu makan siang sudah selesai. Lara, Kama, dan Tuan Joe sudah duduk di ruang tamu sekarang. Mereka sedang menunggu kedatangan Nyonya Erna dan Thomas yang katanya masih bersiap-siap. Jantung Lara berdegup cepat, hampir tidak percaya kalau Nyonya Erna mau keluar dari kamar dan bertemu dengan Kama berkat bujukan Thomas. Lara duduk gelisah, merapikan rambut berkali-kali, bahkan membasahi bibirnya terus menerus agar tidak terlihat pucat. Sementara Kama terlihat tenang sekali. Ia banyak tersenyum kepada Tuan Joe yang mengajaknya bicara, menceritakan bisnis pemancingan yang sedang ramai dan itu membuatnya senang sekali.
Tak lama kemudian, Nyonya Erna benar-benar datang. Ia berjalan bersama Thomas di sampingnya. Ia kelihatan baru saja mengganti pakaian sebelumnya dengan sebuah blouse putih polos yang dipasangkan dengan kain hitam bermotif batik baduy warna biru. Kain yang mirip seperti yang ia lihat di kamar Nyonya Erna pekan lalu, yang digantung berdampingan dengan kebaya kuning emas, hanya beda warna saja.
Kama menyambut Nyonya Erna dengan berdiri, sambil mengucapkan kalimat pujian padanya, “Tante terlihat anggun sekali dengan pakaian itu.”
Nyonya Erna tersenyum bangga, “Terima kasih, Kama. Silahkan duduk kembali.”
Mereka semua sudah bergabung di ruang tamu sekarang.
Tanpa basa-basi lagi, Kama mengutarakan maksud kedatangannya hari ini.
“Sebelumnya, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada om dan tante yang sudah menerima kedatangan saya di sini. Ah, dan mohon maaf kalau saya datang terlambat, seperti disebutkan Thomas tadi, om sudah menunggu kedatangan saya sejak pagi, bukan?”
“Hahaha, itu bukan masalah Kama. Thomas memang selalu bisa mencandai orang lain. Tidak apa-apa, sungguh, lanjutkanlah.”