Larasati : Manten Kemlamut

DEEANA DEE
Chapter #1

Chapter 1

“Yu, sudah tahu belum kalau tahun ini yang bakal jadi manten kemlamut anak gadisnya Yu Ratmi." 

Juminah mencondongkan tubuh sambil menutup samping kanan mulutnya, berbisik kepada Warinah. Mereka sedang buruh cangkul di tegal milik Juragan Barno Wijoyo bersama lima temannya. Juminah adalah seorang janda berusia tigapuluh lima tahun, bertubuh kurus dan berkulit coklat kusam karena seringnya terpapar teriknya sinar matahari di tengah kebun. Rambut panjangnya kusut dan berminyak. Sementara Juragan Barno adalah seorang juragan buah yang sukses dan kaya raya di dusun Kayangan. 

"Lalu kenapa? Kamu mau menggantikan anaknya Ratmi jadi manten kemlamut?" Warinah menyahut dengan nada acuh sambil mengunyah gambir sirih di dalam mulutnya yang sudah berwarna merah. 

"Ora , Yu! Kata orang, anak tetua adat di dusun sebelah itu catat, buruk rupa, dan juga bisu. Wegah aku, di sini banyak lelaki normal dan menggairahkan. Lelaki cacat mau buat apa? Cuma jadi beban, toh?" Juminah terkikik, lalu mencondongkan tubuh semakin mendekat ke tengah kerumunan. 

Wagiyem, Narmi, dan Maryani, manggut-manggut sambil menyimpan informasi tadi di dalam kepala mereka untuk diobrolkan bersama suami dan tetangga sepulang dari buruh nanti. 

"Hush! Lambemu kui , lo, Jum! Kalau sampai anak buah Juragan Barno dengar, terus laporan, bisa jeledheng kamu!" Jeda, Warinah melirik ke sana kemari. "Memangnya kamu dapat kabar dari mana? Kamu sudah pernah ketemu sama anak Dukuh seberang sungai?" Dia berbisik sambil memutar kinang dengan santai, matanya melirik waspada ke segala arah. Mengamati sekitar rimbunan pohon jati, khawatir ada yang mencuri dengar. 

Juminah semakin mendekat sambil memberi kode dengan telunjuknya agar teman-temannya juga mendekat.

"Begini, lo, Yu, semalam aku mendengar Juragan Barno ngobrol sama Juragan Ibu, dia bilang tahun ini anake Yu Ratmi yang jadi manten kemlamut. Itu sudah diputuskan oleh para Tetua Dukuh di musyawarah tertutup. Dan calon pengantin prianya, anak tetua dari dusun seberang sungai, katanya ...." Jeda, Juminah menelan ludah sebelum melanjutkan. "Dia itu cacat alias tidak bisa jalan, kabarnya kakinya petor dari lahir, rupane uelek , bisu, ayan, pokoknya tidak hidup juga tidak mati. Kasihan si Laras. Dia itu cantik cuma disuruh jadi babu, buat ngopeni suami cacat. Kalau aku jadi Ratmi, yo tidak tak izinkan.”

Keempat teman Juminah saling menggeleng lalu manggut-manggut mendengarkan dengan serius ceritanya. 

Lihat selengkapnya