Larasati berjengit mundur beberapa langkah sambil menjerit histeris. Di depannya kini berdiri makhluk berwarna coklat kumal, hanya terlihat dua mata merah, dua lubang hidung yang kembang kempis dan gigi meringis yang berwarna agak kuning, berambut panjang berantakan penuh lumpur, dan memakai kemban yang hampir melorot. Kedua mata merahnya melotot ke arah Laras tanda tidak suka.
Lutut Laras bergetar dan mulai melemas karena tidak kuat lagi menyangga bobot tubuhnya. Pelan-pelan tubuhnya merosot terduduk di jalan setapak yang sedikit berlumpur.
"Tolooong...." terdengar suara pelan Laras sambil berjongkok dan menutup wajahnya yang mulai berkeringat.
Sebenarnya ia ingin berteriak, tapi apa daya tidak ada suara yang keluar dari tenggorokannya.
Baru kali ini Laras yang terkenal pemberani takut dengan memedi yang tidak jelas apa namanya, seperti yang berada di hadapannya saat ini. Wujudnya belum pernah diceritakan oleh siapa pun. Apa mungkin memedi jenis baru? Memedi yang baru pindah dari Hutan Kolojogo? Bulu kuduk gadis itu berdiri.
"Tolooong...." sekali lagi suara kecilnya terdengar gemetar. Ia tahu percuma, tidak ada yang bisa mendengar suaranya. Tapi tidak ada salahnya berusaha bukan? Mungkin ada seseorang yang sedang mencari pakan ternak di dekat tempat ini. Dan bisa menolongnya dari makhluk yang seperti ingin memangsanya.
“Lha asem si Murni, kok aku malah ditinggal lari! Umpat Laras dalam hati disela ketakutannya.
"Ras! Laras!! Kamu ini kenapa to? Orang cantik-cantik begini kok dikatai setan!! Kamu itu yang setan!! Dasar bocah kurang ajar!!"
Suara cempreng seorang wanita yang tidak asing terdengar, membuat Laras perlahan membuka tangannya. Lega. Saat ia merasa mengenali suara itu. Ia menghela napas.
"Bu Lik Jum?" tanyanya ragu.
Laras melongo tidak percaya. Ia memandang wanita yang sedang membersihkan lumpur di wajahnya dengan tatapan ngeri, mungkin lebih tepatnya jijik.
"Bu Lik kenapa? Kok bisa penuh lumpur?"
Laras bergegas berdiri sambil mengibaskan roknya yang telah kotor terkena lumpur.
Juminah mendengkus kasar sambil melirik ke arah Laras. Tangannya masih mengusap wajahnya dengan gaya gemulai.
"Ini gara-gara...."
Ia menatap Laras dan tidak melanjutkan ucapannya, lalu wanita itu berdeham sekali dan mengangkat dagunya, kembali ke tabiat murninya. Judes.
"Kowe rasah ngerti!! Aku arep ados!" (kamu tidak usah tahu! Aku mau mandi!) Lanjutnya sambil mengangkat jarik-nya tinggi-tinggi. Ia berjalan dengan cepat meninggalkan Laras yang sekali lagi bengong karena ditinggal dua kali pagi ini. Yang pertama ditinggal lari oleh temannya yang takut setan. Yang kedua ditinggal pergi oleh setannya.
"Oalah, nasib-nasib. Dasar lelaki sinting!! Awas lain kali, tidak sudi aku!!!"
Sayup-sayup terdengar gerutuan Juminah yang semakin menghilang saat di belokan menuju sungai.