Dari kickoff, bola segera sampai ke kaki Abud. Abud tanpa buang waktu langsung mengirim bola ke area kosong di depan Dani. Dani berlari kencang, namun bola mendarat di dada Jon.
“Wah. Jauh banget lu mundur, Jon.”
“Nggak akan bisa lu seperti tadi lagi, Dan.”
Dani hanya tersenyum. Dia tidak bisa berbuat banyak saat bola berpindah ke kaki Bob dan meluncur jauh ke depan mencari Arthur. Arthur dengan tubuh menjulang tanpa kesulitan menangkap bola dengan dada. Namun begitu bola turun ke tanah, bahu Ivan mendorong bahu Arthur dan bola disapu keluar area pertahanan.
“Nggak akan bisa lu seperti tadi lagi, Tur.”
Arthur melihat wasit berharap diberi pelanggaran. Namun Taslim hanya menggeleng.
Bola sampai di kaki Yaser. Dia menoleh ke Abud. Abud dijaga Bob. Yaser mencari Dani, Tapi Dani sedang ditempel Jon dan Anton. Belum sempat Yaser mengambil keputusan, Roni sudah sampai di depan mata, berusaha mencuri bola.
Ivan menepuk tangannya dan berteriak “Kelas satu, ke sini!”
Tetapi Yaser terlanjur menendang bola dengan kencang, tanpa tahu arah.
Ivan memegang kepalanya “Halaaah.”
Bola jatuh memantul di area kosong sebelah kanan pertahanan lawan. Pemain belakang SMU 30 berlari pelan menjemput bola. Namun bola lebih dulu diserobot Koko yang berlari kencang meninggalkan daerah pertahanan.
“Koh!” Dani, masih dengan senyuman yang mengganggu Koko, melambaikan tangan di daerah kotak penalti.
“Mamam!”
Bola disepak Koko melambung ke depan gawang. Di sana sudah ada Jon dan Anton yang sudah mengambil ancang-ancang. Namun Jon mundur, menoleh ke Anton. Anton mengambil waktu untuk mengarahkan sundulannya. Ia mengincar Bob di depan yang sudah bersiap untuk serangan balik.
Di saat itulah, Dani yang sudah berlari kencang melompat tinggi di antara Jon dan Anton. Tubuh Dani berputar sedikit di udara, dihadapkan ke tiang jauh. Saat bola sampai, Dani sedikit menganggukkan kepala sehingga bola memantul lurus ke arah yang ia inginkan. Bola melesat ke pojok bawah dekat tiang dan memantul ke dalam gawang.
“Hahaha!”
Dani mendarat di dekat Anton, dan langsung berlari kencang menghampiri Koko. Setelah dekat, ia melompat dan membenturkan dadanya ke dada Koko.
“Dua assist!” Koko mengacungkan dua jari di depan wajah Dani. Wajahnya merah, senyumnya lebar.
“Gol Gol apa yang..”
“Halah!”
Ivan menumbuk Dani sebelum Dani selesai mengeluarkan teka-teki. Mereka terjatuh di bagian lapangan yang rumputnya jarang. Lalu Wisnu menumbuk Ivan. Lalu Putra. Lalu Koko dan Oki ikut menumbuk. Anak kelas satu hanya berkumpul tanpa ikutan menumbuk kelas tiga.
Jon dan Anton masih berdiri berdiri di dekat kumpulan pemain SMA 152 sambil saling menunjuk.
“Lu ngapain sih, nggak langsung sundul?”
“Gue kira elu yang mau sundul.”
“Itu bola elu kan, gue udah nengok ke elu.”
“Iya tapi kan elu bisa juga sundul duluan.”
Bob berjalan mengambil bola melalui keduanya.
“Udah lu semua bego.”
Bob menendang bola ke arah Arthur di titik tengah.
“Bikin gol dua lagi, Tur!”
Arthur menangkap bola dan meletakkannya lagi di titik tengah.
“Asem.”
Di tribun, tujuh orang pelajar putri dengan kaus tanpa lengan, handuk di leher dan tas besar di pundak, baru tiba dan mulai bertanya-tanya ke pelajar putra yang sedang termangu setelah gol Dani. Satu orang yang memakai jaket tertawa ke arah lapangan.
“Artur, Iyet, mana katanya mau ngebantai? Katanya mau hattrick?”
Arthur menyeka keringat. Iyet sudah meletakkan kakinya di atas bola.
Prit!
Bola sudah kembali bergulir. Arthur, Roni dan Iyet berlari menyerbu kotak penalti SMU 152. Bob menggiring bola menjauh dari kejaran Abud.
Di tribun, beberapa pelajar putri mulai membenturkan botol plastik kosong bekas latihan basket. Murid-murid yang belum pulang berkumpul karena suara botol. Berawal dari teriakan seorang pelajar putri, akhirnya muncul sorakan terkomando.