SANG DUKUN

Ikhwanus Sobirin
Chapter #26

Suwuk

Detik digilas menit, menit dirampas jam, dan jam dengan cepat menggulir menjadi hari. Jiwaku bergeser dari semula agar-agar lembek, kini menjadi jajanan alot, sulit direnyah. Hatiku berpancang kuat laksana pohon kelapa di depan rumah si wanita kaya itu, Bu Saidah.

Senja melenggok cahya kemuningnya, membawaku bergandengan rapat bersama seorang pria pujaan, Mas Zainal.

Santai melewati depan rumah si pemilik toko sembako itu. Di teras, bertelekan si Yanto bersama istri barunya. Semenjak keduanya menikah, baru detik ini diriku menyaksikan keduanya berjejer mesra. Pahit, tetapi kuludahkan saja. Kukira, ia akan menikahi si Sulastri yang selama ini sudah sangat lengket dengannya. Tetapi, nyatanya berbeda. Di balik sebuah rencana, masih ada rencana lain yang mereka susun, yaitu; ia menggaet adiknya Bu Saidah, bernama Rodiyah.

Di dalam toko, si penggenggam sekam bara, terlihat sibuk melayani para pembeli.

Menyelonong kakiku kemudian melaju tanpa amit-amit. Meremas lengan Mas Zainal tanpa malu, dengan rengkuhan kuat penuh kepuasan.

Menderap santai menuju gardu pojokan. Semribit angin muncul dari celah belantara, menyejukkan siapa saja yang sempat meluangkan waktunya demi senja.

“Nyaman yah Mas suasananya?” desirku meliriki pria berbaju kotak-kotak ini. Topi warna hitam bertahta bagai mahkota raja. Semakin menguatkan ketampanannya. Celana levis cokelat dan sandal jepit tebal, sangat pas dipakainya.

“Iya, Mbak. Adem rasanya,” jawabnya. Tak kusangka, ia balik menyorotiku dengan memolorkan bibirnya yang kemerah-merahan itu.

Tubuhku sirna oleh kebahagiaan yang aku tidak tahu asalnya dari mana.

***

Berjalannya sang surya, melahirkan sang waktu. Waktu melahirkan sebuah ikatan. Rona bahagia mengembang dari lubuk sukmaku. Aku tertakjub menyaksikan rupa luarnya yang begitu menawan, dan sifat dalamnya yang begitu lembut. Tuhan memang adil. Selepas diriku ditikam kekejian cinta, kini diriku dianugerahi pengganti yang lebih baik adanya.

Sementara, selain masih memijat, aku juga masih melayani suwuk menyuwuk. Walau tanpa adanya Mbak Sri, aku masih mampu walau sekadar menadah doa untuk tamuku yang meminta bantuan.

Lihat selengkapnya